Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor dalam neraca dagang Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami penurunan sebesar 99,64 persen pada Juni 2024 bila dibandingkan data bulan Mei 2024.
"Secara total penurunan ekspor hampir 100 persen karena komoditas nontambang hanya (menyumbang) sekitar 1 persen kalau ada ekspor tambang," kata Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, NTB, Senin.
Izin ekspor tambang mineral dari Nusa Tenggara Barat berakhir pada 31 Mei 2024 dan belum ada kejelasan kapan izin itu kembali diberikan oleh pemerintah pusat. Hal itu yang membuat ekspor tambang menyentuh angka nol dalam neraca dagang pada Juni 2024.
Baca juga: Ekspor NTB bulan Mei naik 50 persen didorong sektor tambang
Fasilitas pengolahan hasil tambang atau smelter yang dibangun oleh PT Amman Mineral Industri di Sumbawa Barat sampai kini belum beroperasi.
Wahyudin menuturkan ekspor Nusa Tenggara Barat bulan ini sepenuhnya ditopang oleh komoditas nontambang dengan nilai 1,81 juta dolar AS.
"Kami berharap ekspor nontambang secara terus menerus bisa meningkat karena itu menyangkut masyarakat Nusa Tenggara Barat," ujarnya.
Ekspor komoditas nontambang tersebut adalah komoditas ikan dan udang sekitar 57,63 persen dari total ekspor atau senilai 1,05 juta dolar AS. Kemudian, perhiasan dan permata sekitar 25,86 persen atau sekitar 470 ribu dolar AS.
Baca juga: Nilai ekspor NTB meningkat 112,40 persen pada April 2024
Selanjutnya nilai ekspor batu kapur sebanyak 9,87 persen atau sekitar 179.197 dolar AS, ekspor daging dan ikan olahan sebesar 4,60 persen atau sekitar 83.512 dolar AS, ekspor mesin dan peralatan listrik sebanyak 1,55 persen atau sekitar 28.125 dolar AS, dan ekspor biji-bijian berminyak sebesar 0,48 persen atau sekitar 8.682 dolar AS.
Negara tujuan ekspor paling besar adalah Amerika Serikat dengan nilai 1,11 juta dolar AS atau setara 61,34 persen, Hongkong sebanyak 308.902 dolar AS atau setara 17,01 persen, dan China sebesar 193.948 dolar AS atau sekitar 10,68 persen.
"Ekspor non tambang mengalami penurunan. Pada Mei 2024, nilai ekspor bisa mencapai 5,55 juta dolar AS dan sekarang hanya 1,81 juta dolar AS atau terjadi penurunan 67,28 persen," kata Wahyudin.
"Kami berharap kepada organisasi perangkat daerah yang menangani terutama perikanan dan tambang batu apung (untuk meningkatkan ekspor)," pungkasnya.
Baca juga: Nilai ekspor NTB pada Februari 2024 meningkat
Baca juga: Ekspor NTB pada Desember 2023 naik 49,87 persen
"Secara total penurunan ekspor hampir 100 persen karena komoditas nontambang hanya (menyumbang) sekitar 1 persen kalau ada ekspor tambang," kata Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, NTB, Senin.
Izin ekspor tambang mineral dari Nusa Tenggara Barat berakhir pada 31 Mei 2024 dan belum ada kejelasan kapan izin itu kembali diberikan oleh pemerintah pusat. Hal itu yang membuat ekspor tambang menyentuh angka nol dalam neraca dagang pada Juni 2024.
Baca juga: Ekspor NTB bulan Mei naik 50 persen didorong sektor tambang
Fasilitas pengolahan hasil tambang atau smelter yang dibangun oleh PT Amman Mineral Industri di Sumbawa Barat sampai kini belum beroperasi.
Wahyudin menuturkan ekspor Nusa Tenggara Barat bulan ini sepenuhnya ditopang oleh komoditas nontambang dengan nilai 1,81 juta dolar AS.
"Kami berharap ekspor nontambang secara terus menerus bisa meningkat karena itu menyangkut masyarakat Nusa Tenggara Barat," ujarnya.
Ekspor komoditas nontambang tersebut adalah komoditas ikan dan udang sekitar 57,63 persen dari total ekspor atau senilai 1,05 juta dolar AS. Kemudian, perhiasan dan permata sekitar 25,86 persen atau sekitar 470 ribu dolar AS.
Baca juga: Nilai ekspor NTB meningkat 112,40 persen pada April 2024
Selanjutnya nilai ekspor batu kapur sebanyak 9,87 persen atau sekitar 179.197 dolar AS, ekspor daging dan ikan olahan sebesar 4,60 persen atau sekitar 83.512 dolar AS, ekspor mesin dan peralatan listrik sebanyak 1,55 persen atau sekitar 28.125 dolar AS, dan ekspor biji-bijian berminyak sebesar 0,48 persen atau sekitar 8.682 dolar AS.
Negara tujuan ekspor paling besar adalah Amerika Serikat dengan nilai 1,11 juta dolar AS atau setara 61,34 persen, Hongkong sebanyak 308.902 dolar AS atau setara 17,01 persen, dan China sebesar 193.948 dolar AS atau sekitar 10,68 persen.
"Ekspor non tambang mengalami penurunan. Pada Mei 2024, nilai ekspor bisa mencapai 5,55 juta dolar AS dan sekarang hanya 1,81 juta dolar AS atau terjadi penurunan 67,28 persen," kata Wahyudin.
"Kami berharap kepada organisasi perangkat daerah yang menangani terutama perikanan dan tambang batu apung (untuk meningkatkan ekspor)," pungkasnya.
Baca juga: Nilai ekspor NTB pada Februari 2024 meningkat
Baca juga: Ekspor NTB pada Desember 2023 naik 49,87 persen