Surabaya (ANTARA) - Untuk berhasil atau sukses dalam kehidupan, anda tidak perlu menjadi orang pintar atau cerdas, cukuplah jadi orang yang tekun atau istiqomah.  Kesuksesan itu milik orang-orang yang selalu istiqomah.  

Dalam perspektif kontestasi politik saat ini, Prabowo Subianto itu orang yang tekun dan istikhomah tetap di jalur politik yang  diyakini. Walaupun berkali kali mengikuti kontestasi capres/cawapres tiap tahun pemilu selalu kalah. Pak prabowo tetap semangat dan konsisten mengikuti lagi Pemilu capres - cawapres di tahun 2024. 

Perjalanan politik pilpres

Prabowo Subianto berasal dari keluarga terkemuka. Ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo adalah seorang menteri pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Prabowo, lulusan Akabri tahun 1974 ini, sempat menjabat berbagai posisi penting dalam karier militernya, termasuk menjadi komandan jendral Kopassus dan panglima Komando Cadangan Strategis (Kostrad) di era presiden Soeharto.

Sesudah reformasi 1998, langkah Prabowo untuk menjadi presiden tercatat pertama kali menjelang pemilihan umum 2004.

Ketika itu Prabowo mencoba untuk maju menjadi presiden melalui Partai Golkar dengan mengikuti konvensi. Namun dalam konvensi ia hanya mendapatkan 39 suara, yang merupakan perolehan terendah dari lima calon ketika itu. Calon lainnya adalah Wiranto, Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie dan Surya Paloh.

Konvensi ini akhirnya dimenangkan oleh Wiranto, mengalahkan Akbar Tanjung di putaran kedua. Wiranto akhirnya maju menjadi calon presiden Partai Golkar pada pemilu 2004 berpasangan dengan Solahuddin Wahid, adik dari almarhum presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid.

Pada tahun 2009, Prabowo kembali mencalonkan diri, kali ini lewat partai politik yang dibentuknya, Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Saat itu Gerindra hanya memperoleh 26 kursi di DPR (dari total 560 kursi) dan tidak mencukupi syarat minimum untuk mengajukan calon sendiri sehingga mereka harus berkoalisi.

Maka Prabowo kemudian berkoalisi dan menjadi calon wakil presiden, berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDIP. Bersama mereka dikenal sebagai koalisi Mega Pro. Pasangan Mega Prabowo ini berhasil meraih perolehan 27% suara dalam pemilu 2009 dan kalah oleh calon presiden Partai Demokrat Soesila Bambang Yudhoyono yang berpasangan dengan ekonom Boediono.

Di tahun 2014, Prabowo kembali mencalonkan diri sebagai presiden. Selain diusung oleh Gerindra, kali ini ia didukung oleh koalisi yang terdiri atas partai-partai politik seperti Golkar, PPP, PAN, PKS dan PBB. Bersama-sama, partai-partai politik ini memperoleh 48,9% suara di DPR ketika itu. Kali ini, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa, dari PAN.

Pada pemilu 2014 ini Prabowo kembali kalah, kali ini oleh Joko Widodo yang berpasangan dengan politisi senior Golkar, Jusuf Kalla. Joko Widodo sendiri merupakan politisi yang didukung oleh partai Gerindra ketika mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012.

Hasil resmi pemilu 2014 menunjukkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla berhasil meraih 70.997.833 suara atau 53,15% sedangkan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa meraih 62.576.444 suara atau 46,85%.

2019 Sama seperti lima tahun lalu, pensiunan jenderal bintang tiga ini kalah dari Joko Widodo. Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin meraih 85.607.362 atau 55,50% sedangkan Prabowo, yang berpasangan dengan Sandiaga Uno meraih 68.650.239 atau 44,50% suara.

Kemenangan Prabowo

Pemilu 2024 merupakan kali kelima bagi Prabowo Subianto mencalonkan diri menjadi presiden. Bagi Prabowo, mengikuti kontestasi capres - cawapres 2024 bukan semata mata karena ambisi pribadi atau kepentingan sesaat, melainkan panggilan putra terbaik Republik ini untuk berkiprah turut serta membangun Indonesia menjadi lebih baik menuju Indonesia Emas 2045.

Prabowo dan Gibran terpilih dan memperoleh kemenangan secara konstitusional di pilpres 2024. Maka, dengan kemenangan Prabowo akan bisa berbuat banyak untuk kesejahteraan dan kemaslahatan banyak orang atau masyarakat. Prabowo dan Gibran harus hadir di tengah arus kepentingan rakyat dengan memberikan solusi dan bekerja untuk mereka.
 
Dalam sistem Presidensial di Indonesia, presiden itu adalah kepala pemerintahan dan  kepala negara. Tugas presiden hanya bagaimana mengelola pemerintahan dan negara dengan baik untuk kesejahteraan rakyatnya. Masalah teknis dalam pemerintahan dan negara cukup ditangani oleh para pembantunya yaitu menteri menteri yang ada di kabinet yang akan datang. Indonesia itu banyak orang orang yang pintar dan cerdas, apalagi banyak juga kaum muda yang lulusan universitas luar negeri yang kepintaranya tidak bisa di ragukan. Prabowo sebagai Presiden bisa meperdayakan sumber daya manusia yang handal tersebut di pemerintahan dan negara Republik Indonesia

Security Studies

Presiden Indonesia berikutnya mungkin menghadapi tantangan Ditingkat Global seperti perlambatan ekonomi global, konflik geopolitik, perang Amerika dengan Tiongkok yang diprediksi bisa meletus pada tahun 2025. 

Negara Indonesia merupakan negara tujuan investasi, perdagangan dan maritim yang juga memberi ruang bagi pertumbuhnya ekonomi negara. Jadi, dibutuhkan presiden yang memiliki latar-belakang ilmu keamanan (security studies) agar investasi, bisnis, perdagangan serta keseharian rakyat Indonesia bisa terjamin keamanan serta keselamatannya. Kepekaan pada pentingnya keamanan di indonesia merupakan prasyarat penting agar rasa aman serta rasa nyaman bisa terwujud di negara ini. Dan hanya pemimpin suatu negara yang kepekaannya sudah teruji selama ini di bidang keamanan, yang bisa memberi jaminan rasa aman serta nyaman bagi warga masyarakat. Itu, ada pada sosok Prabowo Subianto yang pernah di militer dan menjabat sebagai menteri pertahanan Republik Indonesia kabinet Presiden Jokowi.

20 Oktober 2024 Presiden terpilih hasil produk pemilu presiden 2024 telah dilantik, Prabowo sebagai Presiden - Gibran Rakabumi Raka sebagai wakil presiden. Selamat dan sukses Prabowo - Gibran rakyat Indonesia menunggu kiprahmu di republik ini.

Sahabat, jika kau masih bertanya 'apa yg harus dilakukan dan dengan cara apa', maka istiqamahlah dalam kebaikanmu sampai Allah menunjukkan arah kemana kau harus berjalan. 

*) Penulis adalah Pemerhati masalah Sosial dan Politik Surabaya
 

Pewarta : Bidot Suhariyadi *)
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024