Lombok Barat (ANTARA) - Puluhan petani vanili organik yang tergabung dalam Kelompok Tani Tandan Hijau di Desa Sedau, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, meminta pemerintah untuk membantu penyediaan bibit tahan jamur busuk batang.
"Jenis vanili yang kami tanam sekarang Planipolia mudah terkena penyakit busuk batang akibat serangan jamur Fusarium oxysporum," kata Ketua Kelompok Tani Tandan Hijau, Samiun saat ditemui di Lombok Barat, Rabu.
Samiun menuturkan penyakit busuk batang sangat mengganggu produktivitas vanili organik karena lahan tidak bisa ditanami selama sekitar 5 tahun. Jamur Fusarium oxysporum dapat bertahan lama di dalam tanah.
Baca juga: Petani di NTB diminta gencarkan budidaya vanili organik
Menurutnya, bibit vanili yang bagus berjenis Tahiti dan belum tersedia di Nusa Tenggara Barat. Jenis vanili Tahiti hanya ada di Papua.
"Harga bibit Tahiti mahal Rp80 ribu per meter. Kalau butuh 10.000 bibit Tahiti artinya perlu uang Rp800 juta," kata Samiun.
Lebih lanjut, ia menyampaikan budi daya vanili organik mengandalkan cuaca dan iklim. Fenomena La Nina yang membuat hujan sering turun dapat mengurangi produktivitas hingga 40 persen.
Baca juga: Produk vanili organik asal Lombok diminati pasar global
Penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum lebih banyak terjadi saat musim penghujan karena vanili tidak menyukai tanah yang lembab.
Harga vanili organik basah per kilogram sekitar Rp100-250 ribu per kilogram dan vanili organik kering mencapai Rp1,8 juta. Produk vanili organik yang dibudidayakan petani di Pulau Lombok dikirim ke Amerika Serikat.
Pada 9 Oktober 2024, Nusa Tenggara Barat mengirim satu kontainer vanili organik kering ke Amerika Serikat dengan total nilai mencapai Rp6 miliar. Produk vanili organik diminati konsumen mancanegara karena tanpa menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia untuk mengatasi serangan hama.
Baca juga: NTB menggencarkan penanaman vanili organik untuk pasar ekspor
Samiun menambahkan bahwa petani juga memerlukan bantuan traktor mini karena budi daya vanili sering berpindah tempat untuk menghindari penyakit busuk batang.
"Selama ini pengolahan tanah masih menggunakan sistem tradisional memakai cangkul. Traktor mini sangat dibutuhkan untuk budi daya vanili organik," pungkasnya.
Baca juga: NTB ekspor 2,36 ton vanili ke Amerika Serikat
"Jenis vanili yang kami tanam sekarang Planipolia mudah terkena penyakit busuk batang akibat serangan jamur Fusarium oxysporum," kata Ketua Kelompok Tani Tandan Hijau, Samiun saat ditemui di Lombok Barat, Rabu.
Samiun menuturkan penyakit busuk batang sangat mengganggu produktivitas vanili organik karena lahan tidak bisa ditanami selama sekitar 5 tahun. Jamur Fusarium oxysporum dapat bertahan lama di dalam tanah.
Baca juga: Petani di NTB diminta gencarkan budidaya vanili organik
Menurutnya, bibit vanili yang bagus berjenis Tahiti dan belum tersedia di Nusa Tenggara Barat. Jenis vanili Tahiti hanya ada di Papua.
"Harga bibit Tahiti mahal Rp80 ribu per meter. Kalau butuh 10.000 bibit Tahiti artinya perlu uang Rp800 juta," kata Samiun.
Lebih lanjut, ia menyampaikan budi daya vanili organik mengandalkan cuaca dan iklim. Fenomena La Nina yang membuat hujan sering turun dapat mengurangi produktivitas hingga 40 persen.
Baca juga: Produk vanili organik asal Lombok diminati pasar global
Penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum lebih banyak terjadi saat musim penghujan karena vanili tidak menyukai tanah yang lembab.
Harga vanili organik basah per kilogram sekitar Rp100-250 ribu per kilogram dan vanili organik kering mencapai Rp1,8 juta. Produk vanili organik yang dibudidayakan petani di Pulau Lombok dikirim ke Amerika Serikat.
Pada 9 Oktober 2024, Nusa Tenggara Barat mengirim satu kontainer vanili organik kering ke Amerika Serikat dengan total nilai mencapai Rp6 miliar. Produk vanili organik diminati konsumen mancanegara karena tanpa menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia untuk mengatasi serangan hama.
Baca juga: NTB menggencarkan penanaman vanili organik untuk pasar ekspor
Samiun menambahkan bahwa petani juga memerlukan bantuan traktor mini karena budi daya vanili sering berpindah tempat untuk menghindari penyakit busuk batang.
"Selama ini pengolahan tanah masih menggunakan sistem tradisional memakai cangkul. Traktor mini sangat dibutuhkan untuk budi daya vanili organik," pungkasnya.
Baca juga: NTB ekspor 2,36 ton vanili ke Amerika Serikat