Jakarta (ANTARA) - Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menilai implementasi penyaluran pembiayaan dari obligasi hijau PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI dapat menjadi acuan sektor perbankan di Indonesia.

“Saat penerbitan oversubscribed sampai 4 kali. Dengan nilai Rp5 triliun, BNI telah salurkan 87 persen dan tersisa 13 persen yang masih bisa didorong untuk sustainable financing. Ini jadi contoh bagaimana suatu bank dapat menjadi motor perkembangan ekonomi hijau di Indonesia dan menarik investasi untuk sektor ESG (environmental, social, governance),” kata Azis dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan laporan Green Bond BNI per akhir Juni 2024, total penyaluran pembiayaan hijau dari penerbitan green bond mencapai Rp4,4 triliun atau 87,3 persen dari total dana yang diperoleh dari penerbitan instrumen keuangan tersebut.

Dana tersebut tersalurkan ke beberapa sektor seperti energi baru dan terbarukan (EBT), transportasi berkelanjutan, bangunan hijau, konversi limbah jadi energi dan pengelolaan limbah, hingga pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan penggunaan lahan berkelanjutan. BNI juga mengukur dampak pembiayaan terhadap sektor-sektor tersebut dari sisi jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang berhasil dikurangi per tahunnya.

Baca juga: Jazz optimistis kejar Lee di puncak klasemen

Untuk sektor EBT, BNI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp343 miliar dan menghindari total emisi GRK per tahunnya setara dengan 49.355 ton ekuivalen CO2 (tCO2eq). Ini mencakup pembiayaan untuk panel surya, pembangkit listrik mini-hidro, dan pembangkit listrik biogas.

Sementara untuk sektor transportasi berkelanjutan, jumlah pembiayaan tersalur mencapai Rp2,3 triliun. Total emisi GRK yang berhasil dihindari dari pembiayaan ini mencapai 55.414 tCO2eq per tahunnya. Di sektor green building, total pembiayaan tersalur mencapai Rp 336 miliar dan menghindari emisi GRK sebanyak 10.691 tCO2eq per tahun.

Untuk sektor konversi limbah menjadi energi serta pengelolaan limbah, total penyaluran pembiayaan mencapai Rp569 miliar dan total emisi GRK yang berhasil dihindari mencapai 879.766 tCO2eq per tahun.

Baca juga: BNI komitmen mendorong pemberdayaan perempuan dan lingkungan inklusif

Terakhir, untuk sektor pengelolaan SDA dan penggunaan lahan berkelanjutan, nilai penyaluran pembiayaan dari obligasi hijau sebesar Rp798 miliar dan total emisi GRK yang berhasil dihindari mencapai 446.757 tCO2eq per tahun.

Dengan demikian, total jumlah emisi GRK yang dapat dihindari per tahunnya dari pembiayaan hijau mencapai 1,44 juta tCO2eq.

“Dengan peningkatan kesadaran investor terkait pentingnya ESG, keberhasilan aksi korporasi yang dilakukan BNI bisa menjadi proxy saham ESG di Indonesia yang dapat dijadikan alternatif investasi baik pemodal asing maupun domestik,” tutur Azis.


 

 


Pewarta : Imamatul Silfia
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024