NTB memastikan masih bebas COVID-19

id VirusCorona,COVID-19,NTB,BebasCOVID-19,penanganan corona,virus corona,corona,covid-19,2019-ncov,novel coronavirus 2019

NTB memastikan masih bebas COVID-19

Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr Nurhandini Eka Dewi. (ANTARA/Nur Imansyah).

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat memastikan daerah itu masih bebas dari paparan virus corona jenis batu atau COVID-19 meski jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) yang tercatat Dinas Kesehatan NTB sebanyak 348 orang.

"Rincian 21 PDP, 11 orang pasien telah selesai dalam masa pengawasan dan 10 orang lainnya masih dalam pengawasan Rumah Sakit. Untuk ODP, sebanyak 327 orang, yang selesai dalam pemantauan sebanyak 149 orang dan yang masih dalam pemantauan sebanyak 178 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan NTB dr Nurhandini Eka Dewi di Mataram, Senin.

Baca juga: Setelah dirawat di Bima, pasien asal Dompu dipastikan negatif COVID-19

Ia mengakui, meski NTB masih negatif COVID-19, namun diakuinya jumlah ODP dalam empat hari terakhir meningkat tajam menyusul ditutupnya aktivitas sejumlah perkantoran dan sekolah.

"Kemudian yang di luar negeri pun, pekerja-pekerja banyak yang tidak bekerja sehingga mereka pulang kampung," ujarnya.

Eka menjelaskan, dari pemantauannya di beberapa daerah ada peningkatan yang cukup tinggi untuk jumlah ODP, seperti di Lombok Timur dan Kabupaten Bima.

Karena itu, menghadapi skenario yang terjadi, pihaknya siap menghadapi kemungkinan memasuki fase ke dua.

"Fase kita sekarang adalah fase kewaspadaan, maka fase ke 2 dimana transmisi penyakit sudah masuk ke sini. Kewaspadaan ini betul-betul harus kita tingkatkan supaya kita menunda masa transisi ini," ujar Eka.

Menurutnya, melihat situasi jumlah ODP yang semakin meningkat tajam, sehingga perlu melakukan pencegahan dan melakukan perluasan penangkalan terhadap virus tersebut, agar jumlah ODP ini bisa ditekan.

"Jika seseorang sudah masuk fase ODP dan PDP, maka risiko dia terhadap penyakit ini lebih besar dari orang yang belum," ucapnya.

Selain itu, kata dia, saat ini banyak ODR (orang dalam risiko), yaitu orang-orang yang pulang dari perjalanan yang masih sehat, misalkan ada yang pulang dari Jakarta, sehingga perlu terus dipantau.

"Betul dia sehat, tapi dia kemungkinan punya risiko juga. Suatu saat bisa jadi ODP dan bahkan bisa jadi PDP. Kemudian orang dengan risiko yang lain adalah yang kontak dengan orang PDP meningkat juga karena PDP juga meningkat," ucapnya.

Karena itu, lanjut Eka, kepada masyarakat pihaknya mengingatkan yang terbaik dalam hal pencegahan COVID-19, yakni dengan meminimalkan kontak dengan sesama, bukan hanya social distancing, tapi juga body distancing.

"Sebab sering kontak bodi, maka risiko penularan dari covid ini makin besar. Jadi itulah yang paling mudah kita lakukan, tidak keluar rumah dulu," katanya.