Jubir Wapres mendukung Maghrib Mengaji

id Mengaji sehabis maghrib,Pilkada,Jubir Wapres,Masduki Baidlowi,Kepala daerah

Jubir Wapres mendukung Maghrib Mengaji

Juru Bicara Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Masduki Baidlowi, di Kantor Wapres Jakarta. (Asdep KIP Setwapres)

Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Wakil Presiden Maruf Amin, Masduki Baidlowi mendukung bila tradisi baik mengaji sehabis Maghrib diprogramkan lagi oleh calon kepala daerah yang bertarung dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 9 Desember 2020.

Ia menilai program tersebut dapat membangkitkan lagi tradisi yang banyak hilang tersebut di masyarakat, khususnya umat Islam.

“Mengaji sehabis maghrib itu kan tradisi lama, jaman sebelum ada televisi, radio, gawai. Kalau dulu orang setelah maghrib mengaji, sekarang nonton TV, main ponsel dan game online, jadi kalau itu mau dihidupkan lagi, saya kira baik sekali, saya sangat mendukung,” ujar Baidlowi dalam pernyataan tertulis yang diterima wartawan di Jakarta, Selasa.

Baidlowi mengatakan tradisi shalat Maghrib berjamaah yang dilanjutkan mengaji sampai waktu salat Isya berjamaah bisa membentuk bangsa Indonesia menjadi bangsa yang baik.

“Ajaran agama yang rahmatan lil alamin diajarkan di situ, saat anak-anak mengaji. Bahkan yang lebih senior biasanya setelah Isya masih mengaji kitab yang lebih dalam. Itulah tradisi kita dulu,” kata Baidlowi.

Ia mengatakan, dalam kegiatan kampanye atau pilkada, calon kepala daerah memang selayaknya mengusung program yang juga menyentuh aspek religi.

Menurut Baidlowi, proses demokrasi tidak harus selalu diisi kampanye yang berisi program pembangunan semata seperti ekonomi atau infrastruktur, tapi juga pembangunan manusia yang berakhlak, dengan landasan keagamaan.

“Mengaji tentu saja dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Itu sangat luar biasa, saya sangat mendukung,” katanya.

Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Cholil Nafis mengatakan hal senada.

“Saya kira itu program yang baik dan patut didukung, mengaji setelah maghrib sampai Isya itu memang budaya dan tradisi yang harus dilestarikan, kalau yang sudah bisa baca ya baca Alquran, kalau belum bisa baca, ya murojaahnya, atau mengulang,” ujar Cholil, Selasa (27/10/2020).

Ia mengatakan, penerapan program itu juga harus disesuaikan kondisi masyarakat di masing-masing daerah.

“Tentunya program ini hanya berlaku untuk keluarga muslim. Memang sangat baik kita lestarikan setiap Maghrib itu semua kembali ke rumah, atau bisa juga mengaji di langgar (musala) atau masjid terdekat,” kata Cholil.

Selain itu, kata dia, perlu ada pengaturan juga waktu mengaji dan waktu belajar di sekolah. Selama pandemi Covid-19, kata Cholil, masyarakat mungkin lebih banyak melakukan kegiatan di dalam rumah, namun setelah pandemi bisa saja kegiatan kembali dilakukan di rumah ibadah.

“Nanti mungkin ada perubahan setelah pandemi, kepala daerah juga perlu aktif menghidupkan kembali kegiatan di masjid-masjid dan musala,” ujarnya.