Mataram (ANTARA) - Sungguh luar biasa respons penonton International Music Expo (IMEX) 2022 di Ubud, Bali, saat melihat atraksi seniman asal Lombok, Nusa Tenggara Barat memainkan musik tradisional Sasak.
Meski hanya melihat lewat kiriman video dari salah seorang anggota seniman asal Lombok di perhelatan internasional itu, bisa dipastikan jiwa dan raga seolah tersihir ingin menggerakkan tubuh.
Tak hanya tua muda dan berbagai suku bangsa, entah dari Eropa, Afrika sampai penduduk asli Nusantara, turut menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama dari gitar yang menyemburkan nilai magis.
Seolah-olah jiwa kita pun melayang mengikuti irama musiknya. "Flash...plong..", mari bergoyang santai melupakan sejenak kepenatan yang menggelayuti pikiran para penonton di IMEX tersebut.
"Tidak akan terbayangkan sebelumnya oleh saya ketika Kelompok Cilokaq Aksilarasi All Star-nya Zhero to Heroez. Edi Kuta Lombok dkk bisa menjadi bintang dalam IMEX, " kata Ary Juliyant, musisi yang juga anggota tim lokal kreatif program Aksilerasi Mandalika, kepada ANTARA, beberapa waktu lalu.
Tampak terlihat antusiasme para hadirin di konser Cilokaq unik yang mampu mengadopsi irama Brazilian Samba dan Bossa Nova ini, untuk ikut berdansa menarikan mimpi dari masa lalu yang hadir kembali di era milenium menembus abad, seperti judul album eksperimentasi Cilokaq Ary Juliyant dkk, "Ketila Cilokaq Menembus Abad".
Penampilan Cilokaq tersebut berdampingan dengan semangat kelompok lainnya yang juga menjadi binaan Kemenparekraf di program Aksilarasi Mandalika, seperti kelompok Quintet Matadaya, Tradisi Lombok Baru Masmirah, Combo Samalas dan Ensemble Mandalika.
Cilokaq Aksilarasi ini ternyata diminati juga oleh pengamat dari kalangan pasar musik dunia yang hadir di kegiatan tersebut untuk berdialog, bersilaturahim dan memberikan pencerahan tentang pasar musik dunia.
Salah satu yang "jatuh cinta" dengan Cilokaq Aksilarasi ini adalah Juan Antonio Vazquez, dari Mundofonias, yang memiliki jaringan siaran radio di seluruh dunia bersama TRANSGLOBAL world music chart.
"Juan beberapa kali menyampaikan pujian tentang musik Cilokaq kepada saya dan berharap musik khas Lombok ini bisa tour keliling lintas negara dan memutar karya-karya ini di jaringan radionya," ujarnya.
Musik Cilokaq ini adalah musik yang sudah menjadi favorit masyarakat Lombok hingga ke pelosok serta memiliki sejarah yang unik, kembali ke era penyebaran Budaya Islam di daerah itu.
Semacam akulturasi lintas etnis, yang beberapa berpokok pada bentuk pelantunan Lirik Sastra Seloka berpadu dengan turunan unsur Musik Melayu Arab/Islam, juga Budaya setempat, sebelumnya.
Bahkan ada yang meyakini tersirat pengaruh unsur China, Porto dan lain-lain. Di samping ada juga yang meyakini istilah Cilokaq memang berasal dari judul lagu pertama yang diciptakannya yang memang bernama Cilokaq.
Bagaimana pun latar belakangnya, yang jelas video karya Alam Kundam ini membuktikan bahwa Cilokaq yang selama ini oleh beberapa kalangan dianggap sebagai "musik kampung" yang tak mampu mendunia, kian terbantahkan.
Mendunia
Musik dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, mendunia setelah jurnalis radio program "Transglobal World Music Chart" dari Spanyol mengabarkannya kepada dunia.
"Itu, setelah kami (sejumlah musisi) tampil bersama tim Aksilarasi (Aksi Selaras dan Sinergi) Mandalika Kemenparekraf di IMEX (Indonesian Music Expo), Ubud, Bali, pada Maret 2022," kata Ary Juliyant.
Ary Juliyant yang juga anggota tim kreatif Aksilarasi lokal tersebut menegaskan hal tersebut menunjukkan kesenian atau musik Lombok ternyata banyak diminati pasar Musik dunia.
Karena itu, kata dia, pihaknya berterima kasih kepada Franky Raden, selaku pendiri IMEX, Tim Aksilarasi Kemenparekraf pusat. "Serta semua pihak yang mendukung program bagus ini," ujarnya.
Ia menyebutkan ajang IMEX di Ubud tersebut dihadiri oleh pemerhati musik serta jurnalis musik radio dan surat kabar dunia, sehingga musik Lombok bisa dikenal di mancanegara serta mengetahui pasar musik dunia.
Seperti diketahui banyak negara mulai menyelenggarakan festival musik yang menonjolkan kearifan budaya lokal hingga diharapkan bisa masuk dalam World Music, Arts, and Dance (WOMAD) serta World Music Expo (WOMEX).
Sebelumnya, musisi jazz Tanah Air asal Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Suradipa, menyebutkan potensi musik jazz di Pulau Lombok sangat besar, di mana kawula muda sudah mulai menyukai jenis musik tersebut.
"Rekan musisi mulai interest terhadap musik jazz," kata pria lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu dalam acara Bincang-Bincang Halaman Belakang Antara NTB, di Mataram, Minggu.
Hal tersebut, kata dia, bisa terlihat pernah adanya gelaran "Senggigi Sunset Jazz Festival" yang digelar di Pulau Lombok. Atau gelaran jazz di Cafe Bawah Pohon.
Dari berita Antaranews pada 8 Agustus 2009, konon, Cilokaq merupakan seni musik yang bernafaskan padang pasir yang gubahan-gubahan lagunya bersumber dari nada gambus tunggal.
Dalam perkembangannya, musik Cilokaq dikembangkan lagi dengan penambahan alat-alat musik lainnya, seperti jidur, suling, gitar dan gendang (ketipung).
Musik Cilokaq dulunya sebagai penghibur biasa, namun karena banyak permintaan untuk mengisi berbagai acara, akhirnya tidak dapat dihindari kalau seni musik asli Cilokaq itu harus mengikuti perkembangan zaman.
Menurut versi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) NTB, kini terdapat sedikitnya 910 lagu berbahasa Sasak. Lagu-lagu itu bergenre Cilokaq, yakni Bahasa Sasak dan Cibane (lagu Sasak yang diiringi bunyi rebana secara dominan).
Lagu-lagu Sasak digemari oleh masyarakat Lombok karena berirama perpaduan antara pop dengan dangdut. Syair dan liriknya pun diciptakan dengan mengambil idiom-idiom canda atau kelakar, yang dalam bahasa Sasak disebut dengan bejorak.
Inilah jalan kekayaan budaya lokal mampu mendunia. Lombok telah membuktikannya dengan musik Cilokaq.