Wall Street, data pekerjaan picu ketakutan kenaikan suku bunga

id Wall Street,indeks Dow,indeks S&P 500,indeks Nasdaq,data pekerjaan,inflasi tinggi,kebijakan Fed

Wall Street, data pekerjaan picu ketakutan kenaikan suku bunga

Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters

New York (ANTARA) - Wall Street beragam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan indeks S&P 500 melemah tertekan Tesla dan saham-saham terkait teknologi lainnya setelah laporan pekerjaan yang kuat menggagalkan optimisme baru-baru ini bahwa Federal Reserve mungkin menghentikan kampanye agresifnya untuk mengendalikan inflasi tinggi empat dekade.

Indeks Dow Jones Industrial Average meningkat 76,65 poin atau 0,23 persen, menjadi menetap di 32.803,47 poin. Indeks S&P 500 turun 6,75 poin atau 0,16 persen, menjadi berakhir di 4.145,19 poin. Indeks Komposit Nasdaq jatuh 63,03 poin atau 0,50 persen, menjadi ditutup di 12.657,55 poin.

Enam dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumer non-primer dan komunikasi masing-masing tergelincir 1,66 persen dan 0,88 persen, memimpin penurunan. Sementara itu, sektor energi terangkat 2,04 persen, menjadi kelompok berkinerja terbaik seiring kenaikan harga minyak.

Untuk minggu ini, indeks Dow kehilangan 0,1 persen, sedangkan S&P 500 dan Nasdaq yang padat teknologi masing-masing menguat 0,4 persen dan 2,2 persen.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (5/8/2022) bahwa pengusaha AS menambahkan 528.000 pekerjaan baru pada Juli, melebihi ekspektasi. Tingkat pengangguran turun tipis menjadi 3,5 persen, lebih rendah dari perkiraan ekonom 3,6 persen.

Baca juga: Dow jatuh 400 poin, Wall Street terseret geopolitik
Baca juga: Wall Street merosot tertekan khawatir resesi


Laporan tersebut menambah data terbaru yang melukiskan gambaran optimis ekonomi terbesar dunia setelah mengalami kontraksi pada paruh pertama tahun ini. Itu menumpulkan ekspektasi investor bahwa The Fed mungkin akan menghentikan serangkaian kenaikan suku bunga yang bertujuan untuk mendinginkan ekonomi.

"Dari perspektif kebijakan moneter, pertumbuhan lapangan kerja yang kuat di atas inflasi yang terlalu tinggi adalah banyak alasan untuk tetap mengetatkan kebijakan," Chris Low, kepala ekonom di FHN Financial, mengatakan Jumat (5/8/2022) dalam sebuah catatan.

Tesla jatuh 6,6 persen dan sangat membebani S&P 500 dan Nasdaq. Meta Platforms pemilik Facebook kehilangan 2,0 persen dan Amazon merosot 1,2 persen, juga menurunkan indeks.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik karena peluang kenaikan suku bunga 75 basis poin pada September meningkat. Itu membantu saham bank, dengan JPMorgan naik 3,0 persen, dan membantu Dow Jones Industrial Average tetap di wilayah positif.

Fokus sekarang beralih ke data inflasi yang akan dirilis minggu depan, dengan harga konsumen tahunan AS diperkirakan akan melonjak sebesar 8,7 persen pada Juli setelah kenaikan 9,1 persen pada Juni.