Dokter spesialis anak Yogi Prawira Sp.A mengatakan gangguan perilaku pada anak bisa menjadi gejala awal gangguan ginjal akut.
"Gejalanya kadang dimulai pada gangguan perilaku anak yang mungkin lebih banyak tidur, kadang ada yang nafasnya semakin cepat, setelah itu baru dia mengalami gangguan ginjal akut," ucapnya dalam media briefing Tim Gabungan Pencari Fakta Gangguan Ginjal Akut yang digelar Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Jakarta, Rabu.
Menurutnya, gangguan pada ginjal yang terjadi secara akut atau mendadak pada anak usia di bawah lima tahun ini merupakan stadium terakhir dari serangkaian gejala yang telah dirasakan anak.
Sesuai kesepakatan dalam profesi kedokteran juga sudah dipastikan bahwa cemaran etilon glikol (EG) dan dietilon glikol (DEG) pada sediaan obat sirop anak merupakan penyebab utama terjadinya kasus ini. "Saat ini teman-teman dari profesi juga sudah sepakat ini mengerucut ke satu sebab utama yaitu intoksifikasi EG dan DEG," ucap Yogi.Intoksifikasi etilon glikol dan dietilon glikol menyebabkan frekuensi buang air kecil anak menjadi berkurang drastis. Secara prinsip, kata Yogi, gangguan ginjal akut pada anak ada banyak penyebabnya dan itu sudah terjadi dalam kurun waktu yang sudah cukup lama. Namun yang berbeda adalah dalam kasus ini terjadi lonjakan tinggi dalam hitungan bulan dan berbeda dengan kasus-kasus gangguan ginjal akut sebelumnya.
"Sebelumnya sudah jelas penyebabnya karena penyakit tertentu, ada perjalanannya. Nah ini ada sesuatu yang sifatnya tiba-tiba kemudian progresif, begitu dia kena akan memburuk dengan cepat," ucapnya.
Baca juga: Terapi obat Fomepizole berdampak positif bagi pasien GGAPA
Baca juga: Kasus gagal ginjal akut anak di Sumbar capai 28 kasus
Baca juga: Terapi obat Fomepizole berdampak positif bagi pasien GGAPA
Baca juga: Kasus gagal ginjal akut anak di Sumbar capai 28 kasus
Untuk menekan angka lonjakan kasus gangguan ginjal akut ini, pemerintah mengupayakan antidot atau obat penawar di rumah sakit rujukan untuk diberikan pada anak yang terpapar dan mengalami gejala intoksifikasi ED dan DEG.
Lebih lanjut anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini juga ingin mengedukasi para orang tua untuk tidak memberikan obat sediaan sirop pada anak yang sudah disimpan lama atau yang dibeli sendiri. "Jadi untuk saat ini yang mana kita sangat curiga ED dan DEG itu ada kontaminan dalam sediaan sirop maka sebaiknya tidak menggunakan sediaan sirop secara bebas," ucapnya.