Beijing (ANTARA) - Jajaran elite Partai Komunis China (CPC) dan departemen terkait sedang membahas berbagai langkah strategis dalam menghadapi lonjakan kasus COVID-19 terkini yang kemungkinan berasal dari subvarian baru Omicron.
"Komite Sentral CPC dan Dewan Pemerintahan telah mengeluarkan keputusan agar departemen terkait mengimplementasikan 20 kebijakan dan 10 kebijakan baru dalam menghadapi kasus tersebut," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Mao Ning di Beijing, Selasa.
Pernyataan tersebut untuk menanggapi pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat bahwa meluasnya COVID-19 di China kemungkinan disebabkan oleh subvarian baru yang perlu diwaspadai oleh negara-negara lain.
"Di bawah kepemimpinan kuat Komite Sentral CPC dan solidaritas seluruh bangsa serta sistem perawatan medis yang sudah teruji, kami akan mampu melewati puncak infeksi ini," kata Mao dalam pengarahan pers rutin.
Menurut dia, dalam perkembangan terbaru COVID-19, China terus mengoptimalkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian agar bisa mencapai keseimbangan antara pencegahan dan pengendalian pandemi serta pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat.
Selama hampir tiga tahun terakhir, lanjut dia, pemerintahannya telah mengutamakan nyawa manusia dalam merumuskan kebijakan antipandemi COVID-19 sesuai dengan realitas yang ada.
Baca juga: Satgas COVID-19 sebut 67,84 juta penduduk sudah vaskin penguat
Baca juga: Kasus harian COVID-19 bertambah 1.451, terbanyak DKI Jakarta
Dalam tiga tahun terakhir itu pula, sebut dia, kebijakan antipandemi di China telah mampu memberikan perlindungan maksimal bagi kehidupan dan kesehatan masyarakat, meminimalkan dampaknya terhadap pembangunan sosial ekonomi, dan mempelajari virus secara ilmiah.
"Kami telah mencapai hasil yang paling efektif dengan biaya minimum. Saat ini, kami menyesuaikan langkah-langkah tanggap COVID agar seimbang dengan pembangunan sosial ekonomi," ucap Mao.
Subvarian Omicron baru yang memicu lonjakan kasus terkini di China itu diyakini sebagai BF.7.
Pakar infeksi saluran pernapasan atas terkemuka di China Prof Zhong Nanshan sebelumnya menjelaskan bahwa BF.7 yang ditemukan di Beijing dan Baoding, Provinsi Hebei, tersebut merupakan hasil mutasi subvarian BA.5.2.
Menurut dia, dampak Omicron tidak separah varian Delta karena 99 orang yang terinfeksi Omicron dapat sembuh dalam jangka waktu tujuh hingga sepuluh hari sehingga kebijakan pelonggaran antipandemi COVID-19 di China yang mulai berlaku secara bertahap sejak 7 Desember lalu sudah tepat.
Menghadapi kemungkinan puncak lonjakan kasus COVID-19 selama musim kepadatan mudik Tahun Baru Imlek pada Januari-Februari 2023, sejumlah pemerintah daerah di China telah menambah ruang perawatan intensif (ICU) agar bisa menampung pasien COVID-19 lebih banyak lagi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: China hadapi kemungkinan munculnya subvarian baru Omicron
Berita Terkait
Membaca arah kebijakan antipandemi Covid-19 China
Jumat, 23 Desember 2022 7:17
Wall Street jatuh kekhawatiran pembatasan COVID China
Selasa, 22 November 2022 7:07
Harga minyak jatuh di tengah sinyal kebijakan COVID China
Selasa, 8 November 2022 6:17
Kapolda NTB: Gili Trawangan "zero" kasus COVID-19
Rabu, 19 Agustus 2020 15:28
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18