Ruli Adi dan falsafah hidup antarkan kesuksesan

id falsafah hidup,ruli adi

Ruli Adi dan falsafah hidup antarkan kesuksesan

Raden Ruli Adi memberi sambutan dalam pembukaan perdana "Garage R25" yang berbarengan dengan perayaaan hari ulang tahunnya yang ke-55 di Perumahan Taman Mutiara, Wirasana, Kabupaten Purbalingga, Sabtu (25/2/2023) malam. ANTARA/Sumarwoto

Purbalingga (ANTARA) - Nama Raden Ruli Adi yang akrab disapa Ruli sudah cukup lama tidak terdengar maupun muncul dalam pemberitaan di berbagai media massa.

Pria kelahiran Purbalingga, 25 Februari 1968, itu terakhir muncul dalam pemberitaan saat dia masih menjabat Direktur Sumber Daya Manusia dan Penunjang Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional pada awal Tahun 2021.

Kendati demikian, pria yang pernah menjabat Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT Kereta Api Indonesia (Persero) itu tetap mencurahkan perhatiannya terhadap bangsa dan negara, termasuk komunitas-komunitas yang tumbuh serta berkembang di masyarakat.

Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-55, Sabtu (25/2) malam, pehobi sepeda motor Harley Davidson itu menggelar pembukaan perdana "Garage R25" (Garasi Ruli 25 Februari) di kompleks perumahan tempat tinggalnya, Taman Mutiara, Wirasana, Purbalingga, Jawa Tengah.

"Garage R25" yang berkonsep kafe itu dipersembahkan untuk seluruh komunitas "bikers" tanpa memandang jenis kendaraannya. Oleh karenanya, Ruli juga memajang beberapa sepeda "onthel" maupun sepeda motor dan vespa miliknya di dalam "Garage R25".

Awalnya, dia membangun tempat parkir untuk sepeda motor koleksinya, disusul dengan pembangunan garasi yang selanjutnya disebut "Garage R25".

Atas permintaan warga, "Garage R25" dibuat semacam kafe, sehingga dia mengamininya, seraya meminta agar kafe tersebut dibuat ekslufif agar ada benefit yang bisa digunakan untuk membayar barista-barista Purbalingga yang menyajikan kopi asli daerah itu.

Ruli juga mempersembahkan bangunan pendopo dan taman di samping rumahnya kepada masyarakat untuk menggelar berbagai kegiatan, seperti pengajian dan sebagainya.

Semua itu dia lakukan untuk mewujudkan cita-citanya sejak kecil, yakni ingin kembali ke kampung halaman ketika sudah tua.

"Saya meyakini bahwa saya bukan siapa-siapa, saya enggak punya apa-apa karena semua ini hanya titipan Allah dan harus berguna bagi orang lain untuk kemaslahatan," ujar Ruli dalam perbincangan dengan Antara.

Oleh karena itulah, perayaan ulang tahunnya yang ke-55 serta pembukaan perdana "Garage R25" diawali dengan tasyakuran melalui pembacaan Surat Yasin dan Tahlil serta pemberian santunan bagi anak-anak yatim pada Sabtu (25/2) sore.

Di hadapan anak-anak yatim itu, Ruli mengatakan bahwa mereka adalah anak-anaknya dan bagi yang bersekolah, dia meminta untuk tekun belajar agar sukses dalam meraih cita-cita. Setelah acara ulang tahun tersebut dia harus berangkat ke Jakarta untuk menghadap Presiden RI Joko Widodo karena akan diberi amanah.

Ia mengaku sebelum kembali ke Purbalingga, sempat menyampaikan jika tidak mau menerima amanah tersebut karena baginya, amanah merupakan musibah dan cobaan dari Allah SWT. Akan tetapi tiga hari lalu, utusan Presiden RI datang ke rumah dan memintanya harus menghadap Presiden.

Dia tetap pada prinsipnya yang menganggap amanah itu sebagai musibah. Meskipun demikian, kalau Presiden sudah mengatakan bahwa ini perintah, maka dia harus  mengingkari prinsip "amanah sebagai musibah", seraya berharap Allah menguatkan hatinya untuk menerima "cobaan" berat itu.

Saat ditemui usai acara, Ruli mengatakan panggilan dari Presiden kepadanya merupakan hal biasa karena dia sudah 33 tahun mengabdi kepada negara. Awalnya pada tahun 1990, dia diterima di Istana Negara selama empat tahun pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Selama itu pula, dia mengaku dididik habis-habisan dengan luar biasa.

Saat itu, dia bertugas di Sekretariat Pengendalian Operasional Pembangunan (Sesdalopbang) dengan jabatan terakhir sebagai Pimpinan Proyek Bantuan Presiden. Setelah empat tahun, Presiden Soeharto memintanya untuk membenahi badan usaha milik negara (BUMN), hingga akhirnya Ruli melanglang buana di BUMN, dan terakhir sebagai Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional yang merupakan subholding PT Pertamina (Persero).

"Ya aku melihatnya sih apa ya. Ya saya memang menjadi satu-satunya manusia di Indonesia ini yang pindah ping sanga (sembilan kali)," ujarnya sembari tertawa.

Dia mengaku tidak tahu kenapa ditugasi untuk ke sana kemari. Kendati demikian, dalam bekerja dia harus ada "warisan", sehingga di mana pun ditugaskan, sejak menjadi direktur utama di BUMN pertama hingga perusahaan terakhir, hubungannya tetap terjalin dengan baik.

Ruli mengakui jika sering dipanggil oleh Presiden Joko Widodo dan dia bisa membedakan panggilan itu dilakukan sebagai Presiden ataukah sebagai pribadi. Terkait dengan panggilan yang terakhir, dia dipanggil untuk mengabdi dengan beban tugas yang menurutnya lebih berat, sehingga dia pun mengatakan "tidak".

Disinggung mengenai kegiatan setelah lepas dari jabatan Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional, suami Dwi Yuliastuti itu tidak pernah menjadi direksi karena unsur politik dengan adanya backing. Ia menjadi direksi karena profesional, sehingga selalu menyadari bahwa semua itu adalah tugas. Dengan demikian ketika sedang ditugasi tentunya dijalankan, dan ketika tidak ditugasi tentu akan berhenti.

Secara kebetulan setelah berhenti dari direksi, kegiatannya tidak pernah berhenti karena banyak pekerjaan yang harus dia pimpin dan sekarang diminta untuk kembali mengurusi negara.
Raden Ruli Adi (jongkok) menyemangati salah seorang anak yatim penerima santunan dalam rangka tasyakuran hari ulang tahunnya yang ke-55 dan pembukaan perdana "Garage R25" di Perumahan Taman Mutiara, Wirasana, Kabupaten Purbalingga, Sabtu (25/2/2023) sore. ANTARA/Sumarwoto

"Ya kuwe nyong sing ora gelem jane, karena nyong kepengin urip kaya kiye bae, sante (ya itu yang saya tidak mau sebenarnya karena saya ingin hidup seperti ini saja santai)," katanya.

Meskipun sudah tahu jabatan apa yang ditawarkan oleh Presiden, dia enggan menyebutkannya.


Falsafah hidup

Terkait dengan perjalanan hidupnya dalam meraih kesuksesan, Ruli mengaku memiliki falsafah hidup agar selamat di dunia maupun akhirat. Falsafah hidup itu minimal mencakup lima hal yang dipedomani sejak kecil dan Insya Allah hingga meninggal dunia.

Pertama, manusia harus meyakini bahwa harta, pangkat, dan jabatan itu bukan miliknya, melainkan milik Allah yang sedang dititipkan kepada umatnya, dan hal itu ujian yang harus dipertanggungjawabkan di dunia maupun akhirat. "Jadi kalau punya jabatan janganlah berhura-hura, tapi innalillahi. Penting itu," katanya.

Kedua, manusia tidak punya apa-apa, nyawapun tidak punya karena itu merupakan milik Allah SWT. Jadi, jangan ada satu butir debupun untuk bersikap sombong. Bagi Ruli, tidak ada yang bisa disombongkan karena manusia tidak punya apa-apa, semua itu hanyalah titipan Allah SWT.

Ketiga, dalam perkataan orang Jawa urip kuwe tergantung tandure (hidup itu tergantung pada apa yang ditanam). Kalau kita menanam suatu kebajikan, maka Insya Allah kita akan memetik kebajikan itu.

Baca juga: Falsafah Pancasila dan cengkir kelapa
Baca juga: MPR mengingatkan Pancasila falsafah hidup bangsa Indonesia


Oleh karena itu, prinsipnya adalah segera lupakan secepat-cepatnya kalau ada orang yang menyakiti dirinya. Akan tetapi jangan pernah lupa kebaikan orang lain kepada dirinya dan sebaliknya, segera lupakan kebaikan yang diberikan kepada orang lain dan jangan sampai lupa sampai mati kejahatan yang kita dilakukan kepada orang lain.

Keempat, hidup adalah mirror atau cermin, yakni pada saat menjahati orang lain sejatinya dia jahat dengan dirinya. Apabila sedang berbuat baik dengan orang lain, sejatinya sedang berbuat baik pada dirinya sendiri.

Sementara yang kelima, jangan pernah mencari kebahagiaan karena sampai mati tidak akan pernah mendapatkan, tapi ciptakanlah kebahagiaan di setiap napas hidupnya. Lima prinsip atau falsafah hidup itu yang dipegang Ruli, sehingga dia bersyukur bisa seperti sekarang.