Warga Yogyakarta antusias amati gerhana matahari

id gerhana matahari,gerhana yogyakarta,JAC,Jogja Astro Club

Warga Yogyakarta antusias amati gerhana matahari

Sejumlah warga Yogyakarta antusias mengamati gerhana matahari sebagian di Markas Jogja Astro Club (JAC) di Jalan Gejayan, Condongcatur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (20/4/2023) (ANTARA/Luqman Hakim)

Yogyakarta (ANTARA) - Sejumlah warga Yogyakarta antusias mengamati gerhana matahari sebagian di Markas Jogja Astro Club (JAC) di Jalan Gejayan, Condongcatur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis.

Sejak pukul 09.00 WIB, sejumlah warga yang beberapa di antaranya mahasiswa dan anak-anak berdatangan ke Markas JAC, kemudian menjajal pengamatan menggunakan tiga teleskop serta kacamata matahari yang disediakan komunitas itu.

"Adanya fenomena ini membuat masyarakat tertarik. Jadi, masyarakat tidak lihat gerhananya saja, tapi tahu ini (jenis) gerhana apa, terus kenapa terjadi gerhana," kata anggota JAC Rahmat Eko Saputro saat ditemui di sela pengamatan.



Eko menjelaskan gerhana matahari di Yogyakarta terjadi mulai pukul 09.30 WIB dan puncaknya terjadi pada pukul 10.44 WIB.

Pada puncak gerhana di Yogyakarta, kata Eko, bagian matahari yang tertutup bulan hanya sekitar 58 persen selama sekitar 1 menit.

"Bulan itu menutupi matahari sekitar 58 persen, jadi tidak (gerhana) total dan tidak gerhana cincin," kata dia.

Dalam pengamatan gerhana yang terbuka untuk masyarakat umum itu, JAC menyediakan tiga teleskop manual yang terdiri atas dua teleskop refraktor (pembias) dan satu teleskop reflektor (pemantul).

Beberapa warga, termasuk anak-anak juga ikut menyaksikan fenomena alam itu dengan menggunakan kaca mata gerhana yang disediakan.

Sementara, di observatorium yang berada di lantai tiga JAC, sejumlah anggota komunitas itu melakukan pengamatan khusus menggunakan teleskop robotic.



"Untuk pengamatan warga atau masyarakat umum kita gunakan teleskop manual, tapi untuk kepentingan fotografi atau internal kita gunakan teleskop robotic, karena bisa mengikuti gerak matahari tanpa di 'setting' manual," kata dia.
 
Sejumlah anak ikut mengamati gerhana matahari sebagian di Markas Jogja Astro Club (JAC) di Jalan Gejayan, Condongcatur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (20/4/2023) (ANTARA/Luqman Hakim)


Sesuai komitmen awal komunitas didirikan, menurut Eko, JAC memang memiliki visi memasyarakatkan astronomi.

Selain membuat masyarakat memahami dan mencintai ilmu astronomi, menurut dia, melalui edukasi yang difasilitasi JAC diharapkan tidak ada lagi yang menghubungkan fenomena gerhana dengan hal-hal berbau mistis.

"Gerhana adalah fenomena alam, sehingga tidak perlu dihubungkan dengan hal-hal mistis atau kabar-kabar bohong yang menakutkan, karena ini fenomena alam biasa dan ini bisa kita amati secara sains," ujar dia.

Selain itu, kata Eko, kegiatan itu juga bertujuan menghindarkan masyarakat mengamati gerhana dengan mata telanjang, sebab dapat menimbulkan kebutaan.

"Kalau kita lihat dengan mata telanjang terus menerus nanti mata kita bisa rusak, karena ada perubahan kecerlangan (tingkat terang matahari) yang sangat signifikan," kata dia.

Dona (39), warga Kampung Soropadan, Condongcatur, Kabupaten Sleman yang datang bersama seorang anaknya mengaku senang dengan fasilitas pengamatan gerhana yang disediakan JAC.

Baca juga: Info BMKG: Durasi gerhana matahari di Bali tiga jam
Baca juga: Dampak gerhana matahari hibrida: Waspada banjir rob di sejumlah daerah Indonesia

Melalui kegiatan itu, menurut dia, anak-anak dapat mengenali ilmu astronomi serta fungsi teleskop.

"Bagus mereka bisa tahu tentang astronomi. Mereka bisa tahu alat-alat teleskop ini," kata dia saat mendampingi anaknya mengamati gerhana matahari menggunakan teleskop.