Mataram, (Antara-NTB) - Ombudsman Perwakilan Nusa Tenggara Barat telah menemukan adanya bukti kebocoran ujian nasional (UN) sekolah menengah pertama (SMP) pada hari kedua pelaksanaannya.
Ketua Ombudsman NTB Adhar Hakim di Mataram, Selasa, mengatakan bahwa kebocoran itu terbukti saat pihaknya membuntuti sejumlah siswa SMP yang melakukan transaksi dengan oknum penjual kunci jawaban di sejumlah tempat di seputaran Kota Mataram.
"Jadi transaksi itu berlangsung pada Selasa subuh. Di sejumlah titik tampak para siswa berkumpul di sebuah tempat untuk membeli kunci jawaban dari tangan oknum yang tidak bertanggungjawab ini," katanya.
Ia mengatakan bahwa tempat-tempat oknum tersebut melancarkan aksinya menjual kunci jawaban UN SMP itu ada di beberapa titik seputaran Kota Mataram.
"Seperti yang kami temukan itu, ada di dekat lapangan Sangkareang, di areal eks gedung Koni, di lapangan Atletik, dan ada juga di dekat Kampus IKIP,` ujarnya.
Kemudian, pihaknya sengaja membiarkan aksi itu berjalan dan mulai membuntuti salah seorang siswa yang sudah mendapat kunci jawaban ujian.
"Saat itu, rata-rata mereka sudah pada berseragam sekolah," ucapnya.
Saat dibuntuti oleh pihaknya, ternyata salah seorang siswa yang berseragam putih biru itu mampir ke sebuah warung internet (warnet) yang tidak jauh dari tempatnya membeli kunci jawaban itu.
"Sekelompok siswa berseragam itu langsung masuk ke warnet dan memperbanyak kunci jawaban itu dengan cara di "print"," kata Adhar.
Setelah mengetahui hal tersebut, ucap Adhar, pihaknya langsung memergoki sekelompok siswa berseragam itu dan mengambil barang bukti berupa selebaran kertas yang berisi lima paket kunci jawaban untuk mata pelajaran Matematika.
"Dalam selembar kertas itu terdapat lima paket kunci jawaban Matematika," ucapnya.
Saat tertangkap tangan sedang memperbanyak kunci jawaban yang dibeli dari oknum yang tidak dikenalnya itu, pihaknya menanyakan sejumlah pertanyaan kepada sekelompok siswa berseragam putih biru itu.
"Dari pengakuan mereka, harga satu paket yang berisi lima kunci jawaban itu mencapai Rp300 Ribu hingga Rp1 Juta," kata Adhar.
Selain itu, dari keterangan salah seorang siswa mengatakan bahwa oknum tersebut mengimbau kepada para siswa setelah selesai menggunakannya, diharapkan untuk membakarnya.
"Jadi oknum ini belajar dari pengalaman sebelumnya, selesai menggunakan kunci jawaban UN, para siswa disuruh membakar selebaran kertas itu agar tidak teridentifikasi oleh pihak sekolah.
Pemantauan itu dilakukan Ombudsman NTB disejumlah titik yang telah disebutkannya.
"jadi setelah kami cocokkan beberapa model kunci jawabannya itu, hampir seluruhnya sama persis," ucapnya.
Kemudian, pemantauan yang dilakukan oleh Ombudsman NTB itu tidak berakhir di sana, melainkan pihaknya turut memantau pelaksanaan hari kedua UN SMP di beberapa sekolah.
"Dari keterangan beberapa siswa yang kami dapati menggunakan kunci jawaban hasil bocoran itu, mengungkapkan bahwa hampir 80 persen jawabannya benar," ujar Adhar.
Sehubungan hal itu, dirinya akan kembali berkoordinasi dengan pihak terkait, baik itu pihak Dinas Pendidikan dan Olahraga (dikpora) NTB maupun sekolah agar lebih memperketat pengawasan UN SMP.
"Kami rasa upaya ini belum terlambat, karena pelaksanaan ujian masih akan berlangsung hingga dua hari ke depan," katanya.(*)
Ombudsman NTB temukan Bukti Kebocoran UN SMP
"Jadi transaksi itu berlangsung pada Selasa subuh. Di sejumlah titik tampak para siswa berkumpul di sebuah tempat untuk membeli kunci jawaban dari tangan oknum yang tidak bertanggungjawab ini,"