Tangerang (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, Banten, menyebutkan jumlah kasus tuberkulosis atau TBC di wilayah itu mengalami peningkatan hingga mencapai 9.000 kasus dengan penderita usia produktif antara 18 sampai 45 tahun.
"Berdasarkan data yang kita catat pada tahun 2022 lalu kurang lebih ada 8.941 atau 9.000 kasus yang kita deteksi," kata Kepala Dinkes Kabupaten Tangerang dr Muchlis di Tangerang, Rabu.
Jika diperkirakan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang 4 juta dengan prevalensi TBC 282 per 100 ribu jiwa, maka terdapat sekitar 9.000 penderita TBC dengan Batang Tahan Asam/BTA) atau dahak mengandung kuman TBC hidup, positif yang tersebar di wilayah tersebut.
Menurut dia, penyebab tingginya angka kasus TBC akibat dari minimnya kesadaran masyarakat pada kesehatan diri dan penularan terjadi karena masih banyaknya rumah-rumah warga kurang sehat. "Sekarang permasalahannya adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan pengobatan TBC, ditambah dari sisi keluarga serta lingkungan sekitar," ujarnya.
Dia mengatakan penularan TBC hampir sama dengan COVID-19 yakni melalui percikan dahak. "Cara penularannya persis dengan kasus COVID-19, melalui interaksi langsung dengan penderita atau melalui air liur itu," katanya.
Karena itu masyarakat yang mempunyai gejala TBC seperti batuk berdahak dua pekan atau lebih itu segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. "Kalau ada gejala batuk lebih dari dua minggu, berat badan turun, demam, dan kalau malam berkeringat, mereka harus segera datang ke puskesmas," tuturnya.
Selama ini penyakit TBC di Indonesia, lanjutnya, menempati peringkat kedua setelah India dengan jumlah kasus yang diprediksi berkisar 969 ribu atau hitungan prevalensi menyentuh angka 354 per 100.000 jumlah penduduk.
Baca juga: Ruang isolasi COVID-19 di RSUD Mataram jadi tempat pasien TBC
Baca juga: Tuberkulosis harus dianggap pandemi
"Jadi sebetulnya kasus TBC itu dari jaman dulu tidak selesai-selesai. Harapannya nanti di program eliminasi TBC ini, bukan menghilangkan tetapi menurunkan. Nantinya di akhir 2030 itu bisa sampai 65 orang dari 100 ribu jumlah penduduk yang ada," kata Muchlis.