Pagelaran "Unearthing Rumphius" sajikan kembali ilmu alam yang terlupakan

id Rumphius,Tai Ping Indonesia,Pameran,Komunitas Bambu

Pagelaran "Unearthing Rumphius" sajikan kembali ilmu alam yang terlupakan

Tai Ping Indonesia bersama Komunitas Bambu menggelar Pekan Rumphius: Pahlawan Pengetahuan yang Dilupakan' di Tai Ping Indonesia, Jl. Purworejo no. 23, Menteng, Jakarta, Sabtu (4/11/2023). ANTARA/Risky Syukur

Jakarta (ANTARA) - Tai Ping Indonesia bersama Komunitas Bambu menggelar "Unearthing Rumphius" (menggali Rumphius) untuk mengembalikan sejarah, kekayaan botani, etnografi, maritim, bebatuan, hingga tsunami Ambon tahun 1674 yang ditulis naturalis asal Jerman, Georgius Everhardus Rumphius (1627-1702).
 

Marketing Leader Tai Ping Indonesia, Titik Kartitiani menyebutkan bahwa dalam acara yang bertajuk 'Pekan Rumphius: Pahlawan Pengetahuan yang Dilupakan' tersebut pihaknya bersama Komunitas Bambu ingin menyajikan kembali narasi sejarah tersebut dalam beragam bentuk.

"Nah, dalam acara ini, kami mencoba untuk membawakan kembali narasi tentang sejarah itu ke dalam bentuk desain, fesyen, lukisan yang meskipun secara tidak langsung, juga terinspirasi dari ilmu alam Rumphius," kata Titik Kartitiani saat ditemui di Jakarta pada Sabtu.

Ide dari acara tersebut, kata Titik, adalah mengeluarkan botani dan sejarah para naturalis agar tidak hanya diketahui oleh peneliti khususnya bidang sejarah dan biologi, namun lebih luas lagi.

"Sesungguhnya narasi botani kerap menginspirasi para desainer baik desainer interior maupun busana, dari hutan ke runway (pameran),” ujar Titik.

Sosok Rumphius yang ditunjukkan dalam pameran tersebut juga sesuai dengan pendapat co-founder atau pendiri Komunitas Rumphius, Anis de Fretes yang mengatakan bahwa Rumphius adalah seorang 'uomo universalis' (manusia universal).

"Ia seorang naturalis, naturalis, generalis, geolog, ahli botani dan zoologi, sosiolog/antropolog dan ahli bahasa," kata Anis dalam sebuah video singkat yang ditunjukkan dalam acara tersebut.

Menginspirasi anak-anak muda

Salah satu buku karya Georgius Everhardus Rumphius yang terbit abad ke-17 Masehi dan kini menjadi properti museum milik Kementerian Pertanian. ANTARA/Risky Syukur


Lebih lanjut, Titik menyebut bahwa kehadiran Rumphius di dunia modern melalui karya-karyanya diharapkan dapat menginspirasi anak-anak muda dengan latar belakang non botani untuk juga menggeluti bidang tersebut.

"Rumphius ini kan latar belakangnya seorang serdadu. Tapi karena ketertarikannya pada dunia botani, maritim (khususnya kerang-kerangan) dan bidang alam lainnya membuatnya menulis hingga berjilid-jilid buku," kata Titik.

Ia menyebut, dalam acara yang berlangsung dari 2-11 November tersebut, pihaknya juga akan menghadirkan dua anak muda di bawah usia 30 tahun dengan latar belakang teknik listrik dan sastra jepang namun telah menjadi ahli botani karena awalnya tertarik dan kemudian belajar.

"Saya harap ini juga memotivasi anak-anak muda ya," kata Titik.

Lebih lanjut, Titik menyebut, sebelumnya dalam peluncuran acara tersebut pada 2 November di GoetheHaus Jakarta, menghadirkan ahli mikrobiologi Indonesia Prof. Sangkot Marzuki dan ahli perkotaan Marco Kusumawijaya.

"Acara peluncuran dilanjutkan hari ini tanggal 4 November di Tai Ping Indonesia yang diisi oleh seorang jurnalis Ahmad Arif dan ahli etnoekologi maritim Dian Oktaviani," kata Titik.

Selain itu, kata dia, sejumlah diskusi akan digelar dalam 'Unearthing Rumphius' ini mulai dari diskusi tentang sejarah, sains, etnografi, berlian, hingga fesyen.

"Talkshow dengan Elvin-Metier Privat Jewelry juga akan mengungkap keajaiban berlian, batu mulia yang paling populer," kata Titik.

Selanjutnya , kata dia, pameran dan talkshow kebaya koleksi terbaru Lenny Agustin, 'Efflorescence'.

"Koleksi ini terinspirasi dari putri Kraton Solo yang modis. Coraknya penuh warna dan menampilkan motif flora," kata Titik.

Pada kesempatan, pendiri Komunitas Bambu sekaligus seorang sejarawan, JJ Rizal mengatakan bahwa pada Oktober 2023, Komunitas Bambu telah menerbitkan buku 'Kotak Keajaiban Maritim', sebagai awal dari rencana penerbitan buku-buku Rumphius lainnya.
 

Pertama kali memakai Bahasa Indonesia

Buku tersebut merupakan karya Rumphius yang diterjemahkan pertama kali dalam Bahasa Indonesia.

“Penerbitan buku Kotak Keajaiban Maritim ini merupakan langkah awal untuk menerbitkan karya-karya Rumphius yang lain. Kami punya rencana menerbitkan 5 jilid Herbarium Amboinense,” kata Rizal.

Baca juga: Pameran Segarawana di Museum Bahari Jakarta
Baca juga: TMII gelar pameran seni rupa karya seniman muda


Untuk mendukung penerbitan buku selanjutnya, Komunitas Bambu menggalang donasi dengan cara penjualan buku limited edition untuk Kotak Keajaiban Maritim. Buku ini disampul dengan kain linen yang diwarnai dengan pewarna alam karya Palka Kreatif. Selain itu Karyono, pelukis yang memamerkan karya bertema maritim, 'A Celebration of Marine Majesty' (sebuah perayaan keagungan laut).

Ia juga menyumbangkan karyanya, 'Dendrobium Johannis' yang dilelang dan akan digunakan untuk mendukung penerbitan buku Rumphius selanjutnya.