Jakarta (ANTARA) - Janji kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yakni makan siang gratis dibahas dalam rapat kabinet Presiden Joko Widodo. Tampaknya tak butuh lama untuk mewujudkan program pasangan calon yang sementara meraup suara terbanyak, untuk masuk dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Namun, belum lagi program tersebut dijalankan, sejumlah tudingan pun muncul yang menyangsikan program makan siang tersebut hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Sebenarnya ada contoh sukses penerapan makan siang gratis yang sudah dijalankan oleh Pemerintah, tepatnya Badan Pangan Nasional (Bapanas) sejak 2023, yakni di Desa Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA). Melalui program tersebut, Pemerintah tidak hanya memberikan edukasi gizi kepada masyarakat dan menggerakkan ekonomi masyarakat, tetapi juga memberdayakan masyarakat.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam program B2SA adalah makan siang gratis yang ditujukan kepada penerima manfaat yang terdiri atas anak stunting, gizi kurang, anak dengan gizi buruk, calon pengantin, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Makan siang tersebut diberikan pada penerima manfaat dan dilakukan secara bersama-sama di rumah pangan yang disediakan. Untuk tahap awal terdapat 40 orang penerima manfaat di setiap desa.
Uniknya dalam program Desa B2SA tersebut menu disusun oleh kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan pendamping, yang disesuaikan dengan potensi pangan setempat. Para kader PKK diajarkan untuk menyusun menu B2SA yang memenuhi kaidah gizi seimbang, terpenuhi sumber karbohidrat, vitamin dan mineral.
Sederhananya, jika dulu kita mengenal slogan “Empat Sehat Lima Sempurna”, maka jargon tersebut berganti dengan "Isi Piringku" dan disempurnakan dengan gizi seimbang atau sekarang dikenal dengan B2SA.
Jika diibaratkan piring makanan, menu yang mengandung prinsip B2SA terdiri 1/3 makanan pokok yang terdiri atas beras, jagung, singkong, kentang, ubi, hingga sorgum. Berikutnya 1/3 sayur-sayuran, 1/6 buah-buahan, dan 1/6 lauk pauk yang merupakan protein hewani. Dengan pola makan seperti itu, maka akan terpenuhi kebutuhan gizi hariannya.
Direktur Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan Bapanas Rinna Syawal menyebutkan para kader PKK yang terdiri 25 orang tersebut diajarkan menyusun menu B2SA yang memenuhi kaidah gizi seimbang. Jangan sampai makan hanya karbohidrat dengan protein atau karbohidrat dengan sayur, namun harus dengan dengan gizi lengkap.
Pengolahan makanan juga dilakukan oleh kader PKK. Makanan tersebut diberikan pada penerima manfaat sebanyak 36 kali selama satu periode.
Penerima manfaat juga tidak boleh berganti dan dipantau perkembangannya untuk mengetahui dampak dari program tersebut. Hal itu bertujuan untuk melihat dampak pemberian makanan dengan prinsip B2SA tersebut pada masyarakat.
Dengan demikian, dampak dari program tersebut dapat terukur karena sejak awal dilakukan pengambilan data mulai dari data berat badan, tinggi, lingkar lengan, dan kemudian setelah program selesai diukur kembali.
Desa B2SA
Program Desa B2SA digagas tahun lalu dan mulai dijalankan pada pertengahan 2023. Untuk tahap awal, program tersebut menyasar sebanyak 75 desa di Tanah Air.
Untuk lokasi sasaran diutamakan desa atau kelurahan prioritas penanganan daerah rawan pangan dan desa dengan prevalensi stunting yang tinggi, perangkat desa memiliki komitmen untuk melanjutkan program tersebut, memiliki tim penggerak PKK desa yang aktif, dan diutamakan memiliki badan usaha milik desa (BUMDes) yang aktif.
Terdapat tiga komponen dalam Desa B2SA tersebut yakni Teras Pangan B2SA, Gerai Pangan B2SA, dan Rumah Pangan B2SA. Teras Pangan B2SA menggambarkan aspek ketersediaan pangan. Masyarakat didorong untuk memanfaatkan lahan baik lahan desa, sekolah, PKK, dan lainnya untuk dapat memproduksi sayur-sayuran, umbi-umbian hingga sumber protein seperti unggas, ikan.
Berbeda dengan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang berorientasi pada peningkatan produksi, teras pangan fokus pada pemenuhan ketahanan pangan.
Gerai Pangan B2SA merupakan penerjemahan dari aspek keterjangkauan pangan. Gerai pangan bekerja sama dengan BUMDes dalam menyediakan pangan yang bisa dibeli masyarakat setempat seperti minyak goreng, gula, dan beras. Hasil tanam masyarakat pada program teras pangan pun dapat dijual di gerai pangan.
Selanjutnya, Rumah Pangan B2SA yang merupakan penerjemahan dari aspek pemanfaatan, yang digerakkan oleh PKK. Pada rumah pangan, ada aspek pengolahan yang mana terdiri atas penyusunan menu dan pengolahan makanan, serta aspek makan bersama B2SA dan sosialisasi. Masyarakat diberikan edukasi terkait makanan yang memenuhi gizi seimbang dan diubah perilaku konsumsinya.
Setiap desa mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp75 juta per lokasi untuk menjalankan program B2SA tersebut. Tujuan dari program itu tak hanya melahirkan generasi yang sehat, aktif dan produktif, angka stunting menurun dan daerah rentan rawan pangan menurun pula, tetapi juga mengubah perilaku masyarakat untuk dapat mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
Tentunya program makan siang gratis yang dijanjikan akan dimulai pada 2025 itu diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi para penerima manfaat, tetapi juga dapat menggerakkan ekonomi dan mampu memberdayakan masyarakat setempat.
Dengan alokasi anggaran makan siang per siswa Rp15.000, misalnya, dan jumlah siswa mencapai puluhan juta jiwa, program tersebut bakal memberi tetesan kesejahteraan hingga ke akar rumput.