Stok Beras Bulog NTB Paling Banyak di Indonesia

id Bulog NTB

Stok Beras Bulog NTB Paling Banyak di Indonesia

Kadivre Bulog NTB H Achmad Ma'mun. (Foto ANTARA NTB/Awaludin)

"Stok yang ada bisa untuk mencukupi kebutuhan hingga sembilan bulan ke depan atau hingga pertengahan tahun 2018"
Mataram (Antara NTB) - Perum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Nusa Tenggara Barat mengklaim punya stok beras hasil pengadaan sebanyak 60 ribu ton atau paling banyak dari 34 Bulog Provinsi di Indonesia.

Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) NTB H Achmad Ma`mun, di Mataram, menyebutkan puluhan ribu stok beras yang tersimpan di gudang Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, terdiri atas beras komersial, cadangan pemerintah dan beras sejahtera (rastra).

"Stok yang ada bisa untuk mencukupi kebutuhan hingga sembilan bulan ke depan atau hingga pertengahan tahun 2018," katanya.

Ketersediaan beras yang sudah relatif banyak, kata dia, juga bisa menjaga harga eceran tertinggi (HET) beras tetap stabil, meskipun di luar panen raya padi atau musim paceklik.

Ma`mun menambahkan persediaan beras yang cukup memadai di dalam daerah juga menguatkan posisi NTB sebagai daerah yang tidak masuk dalam rawan gejolak kenaikan harga pada situasi tertentu.

"Namun tetap harus menjaga ketersediaan agar tidak terjadi kenaikan harga yang relatif tinggi saat ada kejadian atau momen tertentu. Meskipun NTB lumbung padi," katanya.

Melihat stok yang relatif banyak, kata Ma`mun, Bulog Pusat memerintahkan NTB untuk melakukan pemindahan stok ke Nusa Tenggara Timur dan Bali, sebanyak 14.000 ton.

Ia juga meyakini ketahanan stok yang cukup bagus akan membuat harga beras di NTB, tidak akan pernah melewati batas HET sebesar Rp9.450 per kilogram (kg) untuk kualitas medium dan Rp12.800/kg untuk kualitas premium.

Saat ini, Bulog Divre NTB menjual beras kualitas medium Rp8.300 per kilogram. Harga tersebut relatif jauh lebih rendah dari HET yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan.

Harga yang sudah relatif stabil tentunya harus terus dipertahankan, tidak saja dengan menjaga ketersediaan, namun koordinasi dengan instansi terkait, terutama yang masuk dalam Tim Satuan Tugas Pangan NTB.

"Jadi dengan adanya HET, penugasan stabilisasi harga beras ke Bulog menjadi terbalik. Dulu, ketika harga beras melonjak, baru kami ditugaskan operasi pasar. Kalau sekarang stok harus terus tersedia di pasar," katanya.

Bulog Divre NTB terus menambah ketersediaan karena masih ada panen padi secara sporadik di 10 kabupaten/kota sentra produksi, terutama di lokasi-lokasi yang memiliki irigasi teknis. (*)