Jakarta (ANTARA) - Administrator Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat Dr Richard Spinrad mengemukakan bahwa konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia.
Spinrad dalam diskusi digelar di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa satu sistem Bumi, konektifitas membuat lautan yang menggerakkan atmosfer, dan atmosfer juga menggerakkan lautan global.
Terkait iklim, jika melihat kelebihan panas yang pada dasarnya tersimpan akibat pembakaran bahan bakar fosil dan karbon dioksida di atmosfer, 90 persen panas tersebut berada di lautan. Sayangnya, 10 tahun lalu hal tersebut masih belum diketahui.
"Jadi bayangkan semua energi itu ada di lautan. Itu akan mendorong segalanya. Yang kita lihat adalah siklon yang lebih dahsyat, badai yang lebih dahsyat, dan badai yang lebih dahsyat. Kita melihatnya dari pengaruh El Nino, La Nina, dan Dipol Samudera Hindia terhadap cuaca dan iklim," kata Spinrad.
Spinrad, yang juga Wakil Menteri Perdagangan untuk Kelautan dan Atmosfer AS, mengatakan hal tersebut juga menjadi kekhawatiran di negaranya, Afrika mengkhawatirkan hal tersebut, dan masyarakat di Eropa.
Menurut dia dari konsep telekoneksi, apa yang terjadi di Samudera Hindia, dan apa yang terjadi di Samudera Pasifik, akan mempengaruhi pola cuaca global. "Jadi semuanya merupakan satu sistem, lautan mempengaruhi lautan, mempengaruhi atmosfer, atmosfer mempengaruhi lautan, dan iklim sebagai dampaknya," lanjutnya.
Sementara peneliti Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) BRIN Dr Intan Suci Nurhati menuturkan bahwa dari segi dampak selain suhu hangat laut, juga ada masalah besar mengenai pengasaman laut.
Baca juga: Atmosfer kemenangan satu putaran di depan mata
Baca juga: BMKG sebut dinamika atmosfer salah satu penyebab Indonesia alami suhu panas
"Jadi yang terjadi adalah ketika karbon dioksida di atmosfer tidak hanya menghangatkan planet kita, karena hal ini seperti membuat selimut planet kita lebih tebal, tapi juga diserap oleh lautan, dan daratan," kata Intan.
Intan mengatakan, laut berperan dalam menyerap karbon dioksida dan menjadi asam sehingga menurutnya ketika berbicara tentang etika, adalah hal yang sangat etis dalam melindungi lautan.
Berita Terkait
TNI AL dan USMC adakan latihan infiltrasi
Kamis, 2 Mei 2024 6:57
Tangani sampah untuk hindari kerugian lingkungan dan ekonomi
Selasa, 30 April 2024 17:45
TNI AL dan USMC latihan tembak reaksi di Puslatpur
Senin, 29 April 2024 5:38
Polisi pakai drone bawah laut cari dokter tenggelam di Lombok
Minggu, 28 April 2024 6:05
Anggota DPR Rachmat Hidayat menentang pembuangan limbah radioaktif ke laut
Sabtu, 27 April 2024 14:53
Nikmatnya kuliner laut andalan IKN
Jumat, 26 April 2024 8:35
Tim SAR hentikan pencarian dokter hilang di laut Lombok Tengah
Rabu, 24 April 2024 9:48
Semua nelayan di Lombok Tengah dilibatkan cari dokter yang hilang di laut
Selasa, 23 April 2024 17:53