Garut, Jawa Barat (ANTARA) - Tim ahli geosains PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) mengungkapkan data gaya berat memiliki kapasitas yang penting untuk membantu menekan risiko dalam kegiatan eksplorasi panas bumi nasional.
"Ya, karena itulah gaya berat banyak digunakan untuk eksplorasi dan monitoring khususnya di area geotermal Kamojang ini yang sudah beroperasi sejak tahun 1983," kata Manajer Eksploitasi Geosains PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) R.M. Tofan Sastranegara setelah pertemuan ke-7 Konsorsium Gayaberat Indonesia (KGI) di Kamojang, Garut, Jawa Barat, Rabu.
Tofan menjelaskan, dalam perjalanannya kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi Kamojang saat ini sudah mencapai 235 Megawatt (MW) yang dihasilkan dari 5 unit PLTP.
PGE mencatat setidaknya dengan kapasitas yang besar geotermal Kamojang mampu memasok listrik untuk sekitar 260.000 rumah tangga sekitar Jawa Barat dan mengurangi emisi CO2 hingga 1,2 juta ton per tahun.
Menurut dia, capaian realisasi tersebut didapatkan secara aman, minim risiko dan berwawasan lingkungan salah satunya dikarenakan sebelum melakukan eksplorasi yang ekstensif akan dilakukan pendahuluan survei gaya berat.
Secara teknis risiko kegiatan eksplorasi yang ekstensif seperti kegagalan menemukan sumber daya panas bumi dapat diminimalisir melalaui survei gaya berat yang menggunakan peralatan sarat teknologi yakni gravimeter.
Baca juga: Kinerja positif 2023 ditopang digitalisasi-riset teknologi
Baca juga: Pertamina Patra Niaga salurkan 1.193 hewan kurban
"Peralatan menjadikan metode gaya berat ini cukup powerful di geotermal karena bisa memantau kandungan / perubahan massa di bawah permukaan sehingga sustainability terjaga," kata dia.
Atas kemanfaatan tersebut, ia menyatakan bahwa PGE siap mendukung rencana aksi KGI dan Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk menciptakan skema kolaborasi diseminasi informasi terkait bidang gaya berat demi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengembangan energi panas bumi di Indonesia.