Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan para perempuan untuk mengkonsumsi tablet tambah darah jika haid atau menstruasi lebih dari tujuh hari.
"Idealnya menstruasi terjadi 5-7 hari, kalau hanya dua hari tidak normal, lebih dari tujuh hari menyebabkan anemia (kekurangan darah merah). Untuk itu, perempuan sebaiknya minum tablet tambah darah dan makan makanan bergizi untuk menjaga hemoglobin (kadar sel darah merah) sehingga tidak anemia," kata Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Ia menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam acara "Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Nutrisi Anak-Remaja melalui Menu Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) Berbahan Dasar Ikan Untuk Percepatan Penurunan Stunting" bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 26 Juli 2024.
Ia menegaskan rata-rata usia menstruasi pertama yakni 12,5 tahun hingga 17 tahun. Untuk mengetahui menstruasi seorang perempuan normal atau tidak bisa melalui indikasi nyeri saat menstruasi atau haid.
"Jika sangat nyeri dan terlalu banyak darah keluar dan bergumpal-gumpal, itu tidak normal. Nyeri yang hebat bisa disebabkan adanya endometriosis, suatu gangguan pada jaringan yang biasanya melapisi rahim atau tumbuh di luar rahim," ucapnya.
Menurutnya, nyeri haid masih dianggap normal apabila hanya sakit perut atau pinggang pegal yang tidak membutuhkan pertolongan obat.
"Kalau sedang menstruasi tidak bisa berangkat sekolah tanpa minum obat, itu tidak normal. Artinya, mereka yang mengidap gejala itu harus berobat ke dokter," tuturnya.
Ia juga mengingatkan para calon pengantin agar mendahulukan prakonsepsi atau persiapan sebelum kehamilan. Selain itu calon pengantin juga dianjurkan mengukur lingkar lengan atas (minimal 23,5 cm) dan memeriksakan hemoglobin untuk mengetahui anemia atau tidak.
Kemudian juga menjaga asupan makanan bergizi, dimana makan ikan menjadi salah satu pilihan tepat untuk menjaga kesehatan ibu hamil. "Ikan, termasuk lele dan tuna terdapat kandungan DHA, omega tiga, dan kalsium. Asupan vitamin D juga penting menjelang menikah," ujarnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Budi Sulistiyo mengemukakan dalam rangka menurunkan prevalensi stunting di Indonesia, salah satunya dapat melalui penguatan dan peningkatan gizi.
Baca juga: Kepala BKKBN minta kepala desa perhatikan sanitasi yang tak layak
Baca juga: Need to keep TFR at 2.1 for balanced population growth: BKKBN
"Untuk itu mulai hari ini kuatkan tekad kita untuk meningkatkan konsumsi ikan demi mewujudkan Generasi Emas pada tahun 2045," ujarnya.
Dalam rangka menandai komitmen kedua lembaga pemerintah tersebut dalam mengatasi persoalan stunting, dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama antara KKP dengan BKKBN. Ruang lingkup kerja sama tersebut antara lain penguatan kualitas keluarga melalui konsumsi ikan, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), serta edukasi promosi ikan sebagai upaya penurunan stunting.