Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyatakan, pemerintah akan terus mengantisipasi risiko dampak resesi perekonomian Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia.
“Kami sudah antisipatif. Tentunya ini akan terus kami pantau dengan dekat,” kata Febrio saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan di Jakarta, Selasa.Kinerja perekonomian AS hingga sejauh ini berada di bawah ekspektasi.
Tingkat pengangguran tercatat lebih tinggi dari yang diperkirakan, bahkan mencapai level tertinggi dalam tiga tahun, yakni sebesar 4,3 persen pada Juli 2024.
Kondisi itu membuat suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan bakal turun lebih awal.
Baca juga: Celios memaparkan berbagai dampak tekanan ekonomi AS terhadap Indonesia
Namun, Febrio melihat pelemahan itu bisa menjadi peluang bagi Indonesia. Menurunnya suku bunga acuan AS dapat berdampak positif terhadap aliran modal di Indonesia.
“Kalau kebijakan suku bunga diturunkan, akan membuat tekanan aliran modal ke luar (capital outflow) bisa berkurang. Artinya, tingkat suku bunga kita di dalam negeri akan relatif cukup menarik bagi investor,” ujar dia.
Di sisi lain, turunnya suku bunga The Fed juga bisa berdampak positif terhadap pembiayaan utang Indonesia.
Meski kebijakan suku bunga The Fed belum berubah, suku bunga 10 tahun US Treasury sudah menurun cukup tajam sekitar 3,7 persen.
Baca juga: Ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh seiring resesi di Jepang dan Inggris
Kondisi itu, menurut Febrio, berdampak positif terhadap suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) yang telah turun ke 6,77 persen.
Oleh sebab itu, dia berpendapat Indonesia masih memiliki peluang yang positif di tengah risiko resesi AS.
“Ini yang harus kita pastikan dan kawal, supaya kalibrasi kebijakan dalam negeri kita dalam memastikan ketidakpastian ini tidak berdampak negatif bagi kita. Tapi bagaimana kondisi ini kita gunakan untuk mendapatkan peluang memperbaiki struktur pembiayaan kita,” jelas Febrio.
Diketahui, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa ditutup menguat karena kekhawatiran pasar jika Amerika Serikat (AS) akan jatuh dalam resesi.
Pada akhir perdagangan Selasa, rupiah menanjak 24 poin atau 0,15 persen menjadi Rp16.165 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.189 per dolar AS.
Baca juga: Resesi Jepang-Inggris jadi tantangan bagi lingkungan global
Baca juga: Resesi Jepang berpotensi dongkrak investasi ke RI