Washington (ANTARA) - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan kekhawatiran atas pertempuran yang sedang berlangsung antara Angkatan Bersenjata Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di El Fasher, Darfur Utara.
"Bentrokan ini memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi penduduk sipil," kata Juru Bicara PBB Farhan Haq dalam sebuah pernyataan, Minggu (11/8).
Pertempuran juga akan semakin memperburuk kebutuhan kemanusiaan di dan sekitar El Fasher, ketika kelaparan telah dipastikan terjadi di Kamp Zamzam di selatan El Fasher dan kemungkinan terjadi di lokasi pengungsian lain di kota itu, kata Haq.
"Sekretaris Jenderal menyerukan kepada semua pihak untuk mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional untuk melindungi dan mengizinkan perjalanan yang aman bagi warga sipil, serta memfasilitasi akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan," ujarnya.
Mengulangi seruannya untuk segera menghentikan permusuhan dan gencatan senjata yang langgeng, Haq mengatakan bahwa Guterres juga mendesak para pihak untuk kembali ke dialog politik sebagai satu-satunya jalan menuju perundingan penyelesaian konflik.
Sudan terperosok dalam pertempuran antara tentara, yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, yang merupakan kepala Dewan Berdaulat yang berkuasa, dan RSF yang dipimpin oleh mantan wakil Al-Burhan, Mohamed Hamdan Daglo.
Baca juga: Sekjen PBB serahkan opini hukum ICJ ke Majelis Umum
Baca juga: PBB mengharapkan penyelesaian damai sengketa Kyrgyzstan dan Tajikistan
Sedikitnya 12.260 korban tewas dan lebih dari 33.000 orang terluka dalam konflik yang dimulai pada April 2023, menurut angka PBB. Krisis kemanusiaan terus memburuk ketika hampir 6,8 juta orang telah meninggalkan rumah mereka untuk mencari keselamatan di dalam negeri Sudan atau negara-negara tetangga. Beberapa perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Arab Saudi dan AS telah gagal untuk mengakhiri kekerasan.
Sumber: Anadolu-OANA