Mataram (ANTARA) - Bulan Juli 2024 yang panas efek musim kemarau mempercepat laju peluh keluar dari kelenjar keringat kening Jhon Arif Munandar yang berjalan perlahan pada sebuah perkebunan kurma di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Setelan baju koko lengan panjang berwarna merah manggis dan celana panjang bahan berwarna abu-abu, serta kopiah rajut yang menutupi rambut, melindungi tubuhnya dari sengatan matahari.
"Ini pohon kurma yang buahnya kami bawa mengikuti pameran kurma internasional di Abu Dhabi, tahun lalu," kata pensiunan perusahaan sigaret tersebut sembari menunjuk ke sebatang pohon kurma yang daunnya menjuntai ke bawah tertarik gaya gravitasi.
Arif adalah ilmuwan tanah yang menghabiskan sebagian besar hidupnya meneliti unsur makro-mikro yang terkandung pada tanah di Sumatera, Kalimantan, dan Lombok untuk kebutuhan perkebunan akasia, kelapa sawit, dan tembakau.
Pada 2015, kantornya menugaskan untuk meneliti kandungan tanah di Kabupaten Lombok Utara lantaran tanaman tembakau tidak pernah tumbuh secara baik di daerah tersebut.
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa tanah di Lombok Utara masuk kategori lempung berpasir yang memang tidak cocok untuk tanaman tembakau. Karakteristik tanah di sana mirip dengan tanah yang ada di Timur Tengah.
Letusan Gunung Samalas yang terjadi pada tahun 1257--menyebabkan abu vulkanik menyebar ke seluruh planet Bumi dan memperpanjang musim dingin. Material vulkanik yang mengalirkan ke sisi barat itulah yang akhirnya menciptakan karakteristik tanah lempung berpasir.
Selain unsur makro-mikro tanah yang kaya berkat letusan gunung api purba, Lombok Utara juga memiliki iklim yang sesuai untuk tanaman kurma. Tingkat keasaman tanah berada pada angka 7, curah hujan rendah, kecepatan angin 20 kilometer per jam, dan angin monsun Australia membuat perbedaan suhu yang signifikan antara siang dan malam.
Pada 16 Juli 2024, suhu saat malam mencapai 16 derajat Celcius dan suhu udara ketika siang menyentuh angka 40 derajat Celsius. Kondisi lingkungan itu juga mirip dengan Timur Tengah yang dingin saat malam dan panas saat siang.
Pohon kurma tumbuh subur di Lombok Utara. Butir-butir kurma yang masih mentah berukuran sebesar jempol tangan tampak masih berwarna hijau bergantungan pada tandan yang diapit pelepah-pelepah daun dari tanaman palem dalam genus Phoenix tersebut.
Sempat merugi
Setahun usai pensiun, pada 2016, berbekal hasil riset kandungan tanah, Arif yang akrab disapa Wak Dolah mulai menanam pohon kurma di Lombok Utara. Uang sebanyak Rp120 juta dikucurkan untuk membeli 80 bibit kurma dari seorang pedagang di Bekasi, Jawa Barat.
Pohon kurma yang ditanam tiga tahun lalu itu akhirnya mulai memunculkan manggar untuk pertama kali pada 2019. Namun, dari 80 bibit kurma yang ditanam hanya 17 pohon saja yang berbuah. Sebanyak 63 pohon lainnya adalah pohon kurma berjenis kelamin jantan yang mustahil berbuah.
Pria paruh baya itu lantas menghubungi keponakannya yang telah menyelesaikan studi strata tiga jurusan bioteknologi molekuler dari kampus Nagasaki di Jepang untuk meneliti pohon-pohon kurma yang ditanam di Lombok Utara.
Sampel daun dari pohon jantan dan betina lantas dikirim untuk diteliti di laboratorium. Dari hasil pengamatan itu terungkap fakta bahwa pohon kurma memiliki tiga kelamin, yaitu jantan, betina, dan cacat (dalam satu pohon ada dua kelamin).
Arif bersama timnya dari kelompok petani kurma lokal Yayasan Ukhuwah Datu yang menaungi edukasi dan budi daya perkebunan kurma di Nusa Tenggara Barat lantas kembali meriset apakah ada forum kurma di Indonesia maupun dunia. Mereka menemukan ajang penghargaan kurma internasional yang berada langsung di bawah naungan Presiden Uni Emirat Arab.
Ajang penghargaan itu bernama Khalifa International Date Palm Award and Agricultural Innovation yang berdiri sejak tahun 2016.
Kala pandemi COVID-19, Yayasan Ukhuwah Datu bersama petani kurma dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan mendapatkan kesempatan untuk belajar secara daring tentang budi daya kurma dari para pakar kurma internasional. Ilmu yang mereka dapat itulah yang menjadi bekal merawat pohon-pohon kurma.
Yayasan Ukhuwah Datu melakukan riset pembibitan kurma hingga 13.500 bibit yang dibagi gratis kepada masyarakat. Belasan ribu bibit kurma itu gagal tumbuh karena mayoritas masyarakat yang mengambil bibit tidak menanamnya.
Masyarakat setempat menganggap aktivitas budi daya kurma yang diinisiasi oleh Arif bersama Yayasan Ukhuwah Datu adalah kegiatan sia-sia karena tidak pernah tercatat dalam sejarah bahwa Pulau Lombok bisa menghasilkan buah kurma.
Sifat rasional yang tersemat dalam diri manusia terlihat pada masyarakat Lombok Utara kala itu. Kepercayaan baru akan timbul bila sudah melihat bukti nyata secara langsung dengan mata kepala sendiri.
Memetik hasil
Yayasan Ukhuwah Datu mengelola 1.000 pohon kurma yang tumbuh pada lahan seluas 10 hektare dengan sistem bagi hasil. Kesalahan yang sempat dialami pada tahun 2016 menjadi ilmu berharga dalam proses budi daya kurma.
Pada 2019, Arif yang menjabat selaku pembina Yayasan Ukhuwah Datu kembali menanam bibit kurma berdasarkan hasil riset laboratorium. Sebanyak 40 bibit ditanam, namun yang berhasil hidup hanya 38 pohon.
Hasil budi daya kedua dengan bantuan riset dan inovasi terbukti mayoritas pohon kurma berjenis kelamin betina dengan persentase 94 persen atau 36 pohon. Kurma jenis Sukari, Khalas, Barhi, dan Tunisia tumbuh subur dan produktif di kawasan tropis Pulau Lombok.
Khalifa International Date Palm Award and Agricultural Innovation mengirim undangan pameran kurma internasional yang digelar pada Oktober 2023. Buah kurma hasil budi daya kedua itulah yang dibawa ke Abu Dhabi dan mendapat peringkat tujuh dalam ajang tersebut.
Jumlah kurma di seluruh dunia ada sekitar 300 spesies, namun kurma hasil budi daya petani Lombok Utara mampu bertengger pada posisi atas dalam pameran kurma internasional.
Arif terkejut karena tidak menyangka tanaman yang dibudidayakan jatuh-bangun selama delapan tahun akhirnya membuahkan hasil dan diakui oleh para pakar kurma internasional.
"Saya bawa kurma ke Abu Dhabi, bendera merah putih saya kibarkan, saya tidak minta nama," tegas pria asal Sumatera Selatan tersebut.
Tanaman kurma yang dibudidayakan di Lombok Utara mampu menghasilkan buah rata-rata sebanyak 150 kilogram per pohon. Setiap tandan buah memiliki berat sekitar 15 kilogram. Para pedagang biasanya akan datang ke daerah ini ketika musim kurma tiba.
Pohon kurma mulai keluar manggar sekitar Agustus hingga September, lalu memasuki musim panen raya pada Desember sampai Februari. Pohon kurma yang tumbuh di Lombok Utara punya buah sela yang muncul setelah musim buah utama.
Buah sela itu tidak dimiliki oleh pohon-pohon kurma yang tumbuh di Timur Tengah. Lombok Utara hanya mengenal musim hujan dengan musim kemarau, sedangkan Timur Tengah ada musim dingin.
Musim dingin membuat semua makhluk hidup beristirahat, termasuk pohon kurma, sehingga pohon kurma di Timur Tengah hanya berbuah satu kali setahun.
Pohon kurma yang tumbuh di Lombok Utara tumbuh secara organik tanpa pupuk kimia dan racun sintetis. Nutrisi tanaman diperoleh dari kotoran ternak dan sampah pertanian.
Meski berada pada daerah kering yang jarang hujan, keberadaan Danau Segara Anak di Gunung Rinjani menyuplai sungai-sungai bawah tanah yang mengalir hingga ke Lombok Utara membuat petani kurma tidak perlu mengebor sumur terlalu dalam untuk mendapatkan air.
Sembilan tahun yang melelahkan bergelut dengan riset dan berbagai uji coba. Orang-orang dari berbagai daerah menyemut saat musim panen tiba hanya untuk melihat pohon kurma yang berbuah lebat di Lombok Utara.
Baca juga: Produk kurma Lombok Utara ikuti pameran kurma internasional di Abu Dhabi
Baca juga: Inspirasi menu Ramadhan bahan kurma
Tahun ini, kurma dari Lombok Utara kembali mendapatkan undangan dari pemerintah Uni Emirat Arab untuk mengikuti ajang Khalifa International Date Palm Award and Agricultural Innovation yang akan berlangsung di Abu Dhabi International Exhibition Centre (ADNEC) pada 26 sampai 28 November 2024 mendatang.
Anggapan mustahil pohon kurma bisa tumbuh dan berbuah lebat di Pulau Lombok kini terbantahkan berkat riset dan inovasi berkelanjutan yang dilakukan oleh para petani lokal setempat selama hampir satu dekade. Ilmu pengetahuan adalah sumber kemajuan bagi sektor pertanian yang memasok sumber pangan bagi umat manusia.