Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan mahasiswa dan sarjana pertanian memegang peran penting dan strategis dalam membangun pertanian modern di Indonesia demi mencapai tujuan swasembada pangan.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Idha Widi Arsanti juga menekankan pentingnya teknologi dalam menarik minat generasi muda untuk berkarir di sektor pertanian.
“Anak muda sekarang berpikir bekerja di sawah itu identik dengan panas dan kotor. Padahal kita ingin mengenalkan alsintan (alat dan mesin pertanian) yang modern, semuanya sudah menggunakan traktor, combine, yang memudahkan petani,” kata Idha dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Oleh karena itu Kementan melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berkomitmen untuk mendorong pengembangan sumber daya manusia unggul di sektor pertanian. Program ini memberikan mahasiswa pengalaman langsung dalam menghadapi tantangan pertanian modern seperti perubahan iklim, diversifikasi pangan, dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Hal tersebut juga sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang mengatakan bahwa pemerintah terus mereformasi pertanian tradisional ke pertanian modern yang lebih efisien.
Pertanian modern diharapkan dapat menarik minat anak muda, terutama dalam memasuki era bonus demografi. Mentan meyakini bahwa Indonesia dapat mencapai swasembada pangan melalui upaya kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah.
Program MBKM Kementerian Pertanian, yang juga mencakup program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) sebagai bagiannya, diikuti oleh 1.105 mahasiswa dan melibatkan 278 alumni dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) dan Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia. Hingga tahun ini, Kementan telah menerjunkan lebih dari 3.000 mahasiswa dalam Program MBKM.
Program ini merupakan hasil kerjasama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, yang bertujuan untuk memberikan mahasiswa pengalaman langsung dalam berbagai aspek penting pertanian modern melalui modul pembelajaran yang komprehensif.
Salah satu modul yang ditawarkan adalah Agribisnis Lahan Rawa, di mana mahasiswa mempelajari cara memanfaatkan lahan rawa yang memiliki potensi tinggi namun sering kali kurang dimaksimalkan. Modul ini memberikan pengetahuan tentang teknik pengelolaan lahan secara efektif agar dapat menjadi sumber produktivitas pertanian yang berkelanjutan.
Selain itu, modul Pengembangan Padi Rawa Terpadu memberikan mahasiswa wawasan mengenai peningkatan produktivitas padi di lahan rawa melalui pendekatan terpadu yang memanfaatkan teknologi terbaru. Ada juga modul Pengelolaan Lahan Rawa, yang berfokus pada teknik-teknik pengelolaan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian lingkungan sambil meningkatkan hasil pertanian.
Program MBKM ini juga mencakup Kementan Leadership Programme, yang bertujuan untuk melatih mahasiswa agar mampu memimpin proyek-proyek pertanian berbasis inovasi, data, dan teknologi. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk menyusun dan memimpin pelaksanaan program yang nyata di lapangan, memperkuat kemampuan kepemimpinan mereka.
Lebih lanjut, melalui modul Teknologi Mekanisasi Pertanian, mahasiswa diperkenalkan dengan berbagai teknologi mekanisasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan pertanian, dari pengolahan lahan hingga distribusi hasil pertanian.
Terakhir, modul Pemberdayaan Petani Berbasis Korporasi berfokus pada pemberdayaan petani melalui pendekatan korporasi. Dalam modul ini, mahasiswa belajar bagaimana membantu petani menjadi lebih mandiri dalam mengelola bisnis pertanian mereka dan mendapatkan akses yang lebih baik ke pasar serta modal, guna meningkatkan daya saing di sektor pertanian.
Plt. Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Inneke Kusumawaty, menyampaikan bahwa program MBKM memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk terlibat langsung dalam pengelolaan pertanian dari hulu hingga hilir.
“Para milenial diharapkan mampu mengelola lahan, alsintan (alat dan mesin pertanian), hingga manajemen panen dan pasca panen secara modern, sehingga hasilnya akan lebih efisien dan menguntungkan bagi petani milenial,” jelas Inneke.
Mahasiswa yang tergabung dalam MBKM diterjunkan langsung ke wilayah di Indonesia yang meliputi 10 provinsi antara lain Papua Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Lampung. Di sana, mahasiswa berperan dalam pengelolaan lahan, penerapan teknologi alsintan, manajemen panen, dan pasca panen secara modern. Selain itu, mereka turut mendukung pembentukan koperasi di daerah setempat untuk memperkuat kelembagaan petani. Program ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan, efisiensi proses pertanian, dan posisi tawar petani di pasar.
Salah satu peserta program MBKM, Githa Nirmala, mahasiswa jurusan Manajemen Rekod dan Arsip dari Universitas Indonesia, membagikan pengalamannya mengikuti Program MBKM Kementerian Pertanian. Githa menjelaskan bahwa kegiatan ini memberinya wawasan yang lebih luas mengenai kebijakan pertanian nasional dan bagaimana sektor pertanian dijalankan dari sudut pandang pemerintah.
Baca juga: Mentan ajak mahasiswa tak ragu jadi wirausaha pertanian
Baca juga: Kementan monev luas tambah tanam-percepatan tanam padi
“Selama mengikuti MBKM di Kementan, saya mendapatkan banyak ilmu tentang bagaimana kebijakan pertanian diimplementasikan di lapangan. Pengalaman ini sangat berharga karena saya bisa melihat bagaimana teknologi dan inovasi pertanian dirancang untuk diadopsi oleh petani di seluruh Indonesia. Selain itu, keterlibatan langsung dengan berbagai pemangku kepentingan di sektor pertanian membuat saya lebih mengerti tantangan yang dihadapi petani, dari permasalahan distribusi hingga kebutuhan akan mekanisasi pertanian,” ujar Githa.
Melalui program MBKM, diharapkan semakin banyak generasi muda yang terjun ke usaha pertanian modern dan berkontribusi dalam mewujudkan pertanian yang lebih efisien serta berkelanjutan di Indonesia.