Yogyakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Eko Haryono merekomendasikan survei geofisika untuk mendeteksi kondisi bawah permukaan di sekitar gua yang ditemukan di Planjan, Kecamatan Saptosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Eko Haryono saat dihubungi di Yogyakarta, Kamis, menekankan hal itu mengingat temuan gua berlokasi di kawasan proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).
"Perlu 'scanning' (pemindaian) dengan metode geofisika untuk mengetahui apakah di bawah jalan juga ada fenomena atau keberadaan gua yang lain," ujar dia.
Apabila masih ada lorong-lorong perguaan di bawah permukaan proyek JJLS, menurut dia, akan berpotensi memicu amblesan atau penurunan tanah (land subsidence) di kawasan itu.
"Karena memungkinkan terjadi 'subsidence' atau guanya runtuh maka jalan jadi tidak stabil. Intinya perlu dilakukan pemetaan gua, terus dilihat guanya terkoneksi dengan (gua) yang lain atau tidak," ujar dia.
Menurut Eko, pembentukan gua di daerah karst atau batuan gamping seperti di wilayah Gunungkidul merupakan hal biasa. Pasalnya, di kawasan semacam itu selalu terjadi proses pelarutan batu kapur yang memungkinkan membentuk bukit-bukit atau gua-gua di bawah permukaan.
"Semua kawasan karst di manapun selalu ditandai oleh keberadaan gua-gua," tutur dia.
Karena itu, Eko memperkirakan masih ada banyak gua yang mungkin belum terpetakan di kawasan itu. Adapun penemuan mulut gua di permukaan, lanjut Eko, biasanya dipicu berbagai faktor, salah satunya terpotong oleh lembah atau tebing yang terbentuk secara alamiah, atau karena kegiatan manusia, termasuk aktivitas pembangunan JJLS tersebut.
Eko yang memiliki kepakaran di bidang ilmu geomorfologi menyatakan bakal melakukan pemetaan dan penelusuran terkait karakteristik gua itu bersama pemerintah kabupaten setempat.
"Kami akan melakukan pemetaan dan penelususran apakah gua itu terkoneksi satu sama lain atau mungkin hanya 'chamber' atau ruangan yang tersendiri," ujar dia.
Penelitian yang rencananya bakal dilakukan pada November 2024 itu, ujar Eko, termasuk untuk memetakan daya dukung gua manakala kelak difungsikan sebagai destinasi wisata.
Baca juga: Atasi kekeringan, Prabowo bangun pipa air di Gunungkidul
"Daya dukungnya seperti apa, bisa dimasuki berapa orang, terus sirkulasi udaranya bagaimana. Itu perlu dilakukan penelitian," ujar dia.
Jika melihat dari video maupun foto yang beredar, Eko menilai gua tersebut memiliki stalaktit dan stalagmit yang masih aktif dan indah. Karena itu, ia mengapresiasi langkah Pemkab Gunungkidul yang segera menutup sementara temuan gua tersebut untuk melindungi dari risiko kerusakan sehingga dapat diteliti lebih lanjut.
"Masyarakat tidak perlu mengambil stalagmit di gua karena tidak laku dijual. Selain lunak juga bukan kategori batu mulia," ucap Eko Haryono.
Baca juga: Profil Mbah Benu, Imam Jemaah Aolia yang Lebaran lebih awal di Gunungkidul
Seperti diberitakan, sebuah gua dengan stalaktit dan stalagmit yang indah ditemukan di wilayah Planjan, Kecamatan Saptosari, Gunungkidul, DI. Yogyakarta.
Meski demikian, pada mulut gua yang ditemukan saat pengerjaan proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) tersebut kini telah ditutup sementara oleh pemerintah setempat menggunakan tumpukan batuan.
Berita Terkait
Musisi Ramengvrl: Gua baru banget suka anime "One Piece"
Minggu, 19 November 2023 6:30
Terjepit di Gua Susu Gunung Rinjani, seorang pendaki tewas
Kamis, 2 November 2023 15:12
Kapten tim selamat dari tragedi gua Thailand meninggal dunia
Kamis, 16 Februari 2023 6:48
Gua Batu Hapu situs geologi purba di Kalsel
Senin, 13 Juni 2022 6:07
Gua Tapak Raja kawasan IKN tawarkan pemandangan indah
Kamis, 2 Juni 2022 6:28
Aceh Tamiang memiliki gua karst terpanjang di Pulau Sumatra
Minggu, 1 Agustus 2021 20:08
Misteri makhluk pengisap darah ternak, Pemburu: Ada gua di balik air terjun
Selasa, 23 Juni 2020 7:28
Manchester City dengan 10 pemain takluk 2-3 di markas Wolverhampton
Sabtu, 28 Desember 2019 7:46