Jakarta (ANTARA) - Indonesia secara resmi telah menyampaikan keinginannya untuk bergabung dengan blok ekonomi sejumlah negara berkembang bernama BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) saat KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia.
KTT tersebut mengangkat tema Penguatan Multilateralisme untuk Keamanan dan Pembangunan Global yang Adil.
Berikut beberapa fakta tentang organisasi kerja sama strategis BRICS:
Sejarah awal BRICS
Rusia adalah negara yang memprakarsai pembentukan BRICS. Pertemuan Tingkat Menteri BRICS pertama diadakan pada 20 September 2006 atas usulan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York. Beberapa menteri luar negeri dan pertahanan BRICS turut dalam pertemuan tersebut dan berminat memperluas kerja sama multilateral.
Lalu pada 16 Mei 2008, Kota Yekaterinburg menjadi tuan rumah Pertemuan Menteri Luar Negeri BRICS dengan menghasilkan Komunike Bersama yang mencerminkan sikap atas isu pembangunan global terkini.
KTT BRICS pertama dilaksanakan pada 16 Juni 2009 di Yekaterinburg dimana para pemimpin BRIC mengeluarkan pernyataan bersama mencakup tujuan BRIC untuk mempromosikan dialog dan kerja sama antar negara-negara secara bertahap, proaktif, pragmatis, terbuka, dan transparan.
Afrika Selatan gabung 2011
Afrika Selatan (South Africa dalam bahasa Inggris) bergabung dengan blok itu pada 2011 sehingga menambah jumlah anggota dan huruf akronim nama blok menjadi BRICS yang sebelumnya BRIC.
Kemitraan strategis multidisiplin
BRICS adalah kemitraan strategis multidisiplin yang berdiri di atas tiga pilar: politik-keamanan, ekonomi-keuangan, serta budaya dan hubungan kemanusiaan. Pada periode 2009-2016, sejumlah anggota BRICS menyusun sikap bersama untuk menanggapi berbagai masalah regional seperti perang di Libya, Suriah, dan Afghanistan, serta program nuklir Iran.
Perluasan keanggotaan
Keanggotaan blok kerja sama strategis ini sekarang telah diperluas dengan mencakup Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab yang bergabung pada Desember 2023. Namun kelompok tersebut memutuskan untuk tetap menggunakan nama BRICS. Populasi penduduk BRICS secara akumulasi mencakup 43 persen populasi dunia, dengan total nilai perdagangannya mencapai 16 persen perdagangan global. Selain itu, BRICS juga menyumbang seperempat dari ekonomi global dan mencakup seperlima dari perdagangan dunia.
Indonesia tegaskan antikolonialisme dan ajak perkuat kerja sama
Sebagai Utusan Khusus Presiden untuk KTT tersebut, Menteri Luar Negeri RI Sugiono selain menyampaikan pesan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan antikolonialisme dan antipenindasan, juga mengusulkan tiga langkah penguatan kerja sama.
Saat KTT BRICS Plus, Sugiono menyampaikan tiga upaya penguatan kerja sama antara negara anggota BRICS dengan negara berkembang di kawasan selatan (Global Selatan) yakni menegakkan hak atas pembangunan, mereformasi sistem multilateral agar lebih inklusif, representatif, dan selaras dengan realitas, serta yang ketiga yakni menjadi kekuatan untuk persatuan dan solidaritas negara berkembang.
Indonesia secara resmi diakui sebagai negara mitra BRICS bersama 12 negara lainnya saat KTT BRICS ke-16. Sejumlah negara Asia Tenggara mitra BRICS adalah Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
"Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” tegas Sugiono dalam pernyataan Kemlu RI pada Jumat.