Jakarta (ANTARA) - Pengamat kesehatan dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusung Presiden Prabowo Subianto perlu menjangkau daerah terpencil agar efektif dalam menekan angka stunting di Indonesia.
Dicky, yang dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa uji coba MBG sejauh ini cenderung terpusat di kota-kota besar, sementara daerah terpencil dan miskin yang paling membutuhkan akses gizi justru belum tersentuh secara maksimal.
"Jadi sekarang kita melihat ada uji coba makan bergizi gratis, itu kan umumnya di kota. Kalau uji coba di kota menurut saya oke, bagus, tapi akan sangat menjadi penting jika uji coba itu dilakukan di daerah yang terbatas resource-nya, seperti daerah terpencil atau miskin atau kepulauan misalnya," kata Dicky.
Ia mengusulkan agar program MBG dapat mengutamakan wilayah yang sulit mengakses sumber gizi, seperti daerah terpencil, kepulauan, dan kawasan miskin. Dengan uji coba langsung di wilayah tersebut, pemerintah bisa menilai kesiapan dan efektivitas program.
"Itu akan sangat meningkatkan leverage atau meningkatkan keyakinan kita bahwa ini siap. Tapi kalau uji cobanya baru kita lihat di kota-kota, (ini) masih kurang, ada sisi yang Indonesia ini terutama masalah gizi di daerah terpencil," tuturnya.
Dicky juga menyarankan adanya bank pangan atau bank makanan di setiap desa terpencil, terutama untuk menjamin ketersediaan pangan bergizi bagi keluarga yang membutuhkan Menurutnya, bank pangan ini akan menjadi solusi berkelanjutan untuk membantu masyarakat di daerah miskin dan terpencil.
Ia menegaskan pentingnya memastikan distribusi pangan yang kaya gizi, terutama protein, vitamin, dan mineral, untuk menunjang pertumbuhan anak-anak di daerah terpencil.
Selain itu, Dicky mendorong pemerintah untuk memperbaiki sistem gizi dan distribusi pangan agar lebih merata dan menjangkau semua kalangan. Distribusi yang lebih baik dapat memastikan bahwa seluruh keluarga di Indonesia memiliki akses pangan bergizi.
Program Makan Bergizi Gratis yang digagas Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka akan dimulai pada tahun 2025 dan merupakan bagian dari agenda prioritas.
Baca juga: Stunting di Sumbawa Barat tersisa 808 balita
Program tersebut menargetkan anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, dengan anggaran mencapai Rp71 triliun yang dikelola Badan Gizi Nasional (BGN) Tujuannya untuk menyediakan makanan bergizi secara gratis, mengurangi angka kekurangan gizi, dan meningkatkan kesehatan dan membangun fondasi kecerdasan generasi muda sejak dini melalui asupan makanan bergizi.
Program Makan Bergizi Gratis akan menyasar 82,9 juta jiwa. Badan Gizi Nasional pun telah menetapkan bahwa badan usaha milik desa (BUMDes) dan koperasi menjadi pemasok bahan pangan untuk program Makan Bergizi Gratis. Lalu, mereka juga akan membentuk satuan pelayanan gizi (SP).
Baca juga: Mendukbangga sebut target penurunan stunting 18 persen
SP itu akan menyebar ke seluruh desa dan kelurahan dengan skala pelayanan yakni 1 banding 3 ribu jiwa atau 1 satuan pelayanan gizi melayani tiga ribu jiwa yang di dalamnya mencakup siswa dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SMA, ibu hamil dan menyusui, serta balita.