Menag paparkan dua tantangan dihadapi para tokoh agama

id Majelis hukama muslimin, majelis hukama, menag, nasaruddin Umar

Menag paparkan dua tantangan dihadapi para tokoh agama

Menteri Agama Nasaruddin Umar saat memberikan sambutan secara virtual dalam dialog ‘Peran Tokoh Agama dalam Merawat Kerukunan dan Menjaga Kelestarian Alam’ yang diinisiasi Majelis Hukama Muslimin di Jakarta, Senin (11/11/2024). (ANTARA/HO-Kemenag)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama Nasaruddin Umar memaparkan perihal dua tantangan yang dihadapi tokoh agama di masa mendatang yakni soal pergeseran otoritas keagamaan dan peran agama yang lebih menjadi 'pemadam kebakaran'.

"Ini menjadi tantangan para tokoh agama ke depannya," ujar Nasaruddin Umar di Jakarta, Senin.



Pernyataan itu disampaikan Menag saat memberikan sambutan secara virtual dalam dialog "Peran Tokoh Agama dalam Merawat Kerukunan dan Menjaga Kelestarian Alam" yang diinisiasi Majelis Hukama Muslimin di Jakarta.

Menurut Menag, tantangan tokoh-tokoh umat beragama pada masa mendatang akan semakin berat. Dulu, pesan kitab suci dan nasihat tokoh agama, serta merta diakui dan diikuti masyarakat.

Namun, hal tersebut berubah dewasa ini seiring adanya otoritas lain yang ikut serta memberikan pengaruh terhadap pendefinisian apa itu kebenaran dan kebaikan.

"Dahulu kala, apa kata ulama dan apa kata kitab suci, tokoh agama, itu serta merta kita lakukan. Tapi terkadang saat ini, ada kebenaran yang dipromosikan kitab suci, juga dipraktikkan dan diamalkan oleh ulama dan tokoh agama, tapi tidak serta merta diterima oleh masyarakat, " katanya.

Maka, kata dia, tidak heran jika ada sesuatu yang diyakini sangat benar, tapi malah tidak muncul dan tidak eksis dalam masyarakat.

"Sementara sesuatu yang tidak valid secara intelektual dan keagamaan, malah itu yang diterima dalam masyarakat," kata dia.

Tantangan kedua, kata Menag, tokoh-tokoh agama cenderung lebih banyak diajak berbicara untuk menyelesaikan akibat, tapi jarang dilibatkan untuk membicarakan sebab yang menyebabkan akibat itu muncul.

"Bagaimana mungkin, sebagai tokoh umat beragama, menyelesaikan suatu persoalan akibat, kalau tidak pernah terlibat di dalam merumuskan sebab yang menyebabkan akibat itu muncul," ujarnya.

Baca juga: Menag harap Mudzakarah hasilkan rekomendasi

Menag berharap tokoh agama tidak diperlakukan seperti pemadam kebakaran yang hanya dilibatkan untuk menyelesaikan persoalan tapi sebab yang menyebabkan persoalan itu tidak pernah dilibatkan.

"Karena itu juga, perlu ada introspeksi kita sebagai tokoh agama, mengapa ada jarak antara lingkungan pacu dan kehidupan umat beragama itu sendiri," kata dia.

Baca juga: Institute for Humanitarian hadir untuk tebarkan nilai kemanusiaan

Menag mengajak semua pihak kembali melakukan introspeksi, melakukan pembahasan lebih mendalam, bagaimana supaya nilai-nilai agama berkontribusi dalam menuntun kehidupan umat manusia.

"Kami sangat yakin bahwa semakin dalam kita memahami ajaran agama kita masing-masing, maka akan semakin tenang dan damai masyarakat ini," kata dia.