Jakarta (ANTARA) -
Perubahan nama ini merupakan salah satu langkah perseroan untuk memperkenalkan identitas baru yang lebih mencerminkan nilai dan visi jangka panjang, yang mana perseroan berkomitmen untuk sepenuhnya mendukung pemerintah Indonesia untuk menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca.
Selain itu, juga sebagai upaya perseroan untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, atau lebih awal dengan melalui berbagai langkah.
Setelah pemisahan pilar bisnis pertambangan batu bara termal dan beberapa bisnis pendukungnya melalui pelaksanaan Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS), perseroan akan menjadi entitas induk dengan fokus terhadap bisnis hilirisasi mineral, serta Energi Baru Terbarukan (EBT) yang akan mendukung transisi energi dan ekonomi hijau Indonesia.
Baca juga: PLN menggandeng Mubadala Energy tingkatkan pemanfaatan gas bumi
Pada penutupan perdagangan Senin (18/11) hari ini, saham ADRO ditutup melemah 220 poin atau 5,61 persen ke posisi 3.700, dengan frekuensi perdagangan sebanyak 50.159 kali transaksi, dan volume perdagangan sebanyak 267,35 juta lembar saham senilai Rp1 triliun.
Baca juga: Indonesia's energy security in resilient category: ESDM
PT Adaro Energy Indonesia Tbk membukukan laba bersih senilai 1,18 miliar dolar AS atau setara Rp18,56 triliun pada kuartal III-2024, atau menurun 2,47 year on year (yoy) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Perseroan mencatatkan pendapatan yang turun 10,64 persen (yoy) menjadi senilai 4,45 miliar dolar AS atau setara Rp69,89 triliun pada kuartal III- 2024.