Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengatakan pihaknya terus memberikan alat deteksi yang lebih baik guna skrining dini yang lebih masif sebagai salah satu strategi dalam upaya komprehensif untuk menangani situasi kanker darah di Indonesia.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kanker darah atau leukemia, limfoma, dan mieloma, merupakan salah satu jenis kanker yang semakin mendapat perhatian di Indonesia, karena jumlah kasus yang terus meningkat.
Berdasarkan data dari pihaknya, lebih dari 400 ribu orang di dunia menderita kanker darah, dan lebih dari 10.000 orang, terutama anak-anak, di Indonesia menderita penyakit ini.
“Kanker ini harus segera diatasi, oleh karena itu kami punya satu fokus dan satu strategi, jadi kita bisa meletakkan semua usaha dan uang pada strategi ini, yakni mendeteksi kanker sejak dini,” katanya.
Menurut Menkes, deteksi dini merupakan salah satu langkah krusial dalam menangani kanker, karena dapat mengurangi angka kematian, mengurangi biaya pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Oleh karena itu, ujarnya, pemerintah terus meningkatkan fasilitas layanan kesehatan dengan mendistribusikan alat skrining kanker darah ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
Hingga saat ini, katanya, pemerintah telah mendistribusikan alat hematoanalyzer dan blood chemical analyzer ke lebih dari 10.000 puskesmas di Indonesia, yang pemenuhannya ditargetkan rampung pada 2027.
Menurutnya, alat ini bisa digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap, yang dapat mengidentifikasi anomali lebih awal. Di tingkat wilayah perkotaan dan rumah sakit, katanya, pemerintah telah mengirimkan alat tes PCR yang digunakan untuk tes molekuler biologi, yang tidak tersedia di puskesmas. Selain itu, di tingkat provinsi, pemerintah berencana membangun laboratorium kesehatan masyarakat di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Dia menjelaskan laboratorium kesehatan masyarakat ini dilengkapi dengan mesin PCR dan mesin X-ray generasi terbaru, yang tak hanya untuk memeriksa darah beserta kandungan proteinnya, tetapi juga untuk teknologi tes sel tumor dan DNA di masa depan.
Meski pemerintah telah mengimplementasikan berbagai langkah strategis telah diambil, sejumlah tantangan masih harus diatasi, seperti rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini dan pengobatan kanker darah. Banyak kasus kanker darah baru terdiagnosis pada stadium lanjut.
Baca juga: Skrining gratis pada 2025 tetap paralel dengan skrining BPJS
Selain itu, kendala lainnya, yakni keterbatasan fasilitas di beberapa daerah dan tingginya biaya pengobatan kanker darah. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melengkapi semua rumah sakit dengan alat diagnostik yang memadai.
Dia mencontohkan pemerintah telah mendistribusikan alat diagnostik canggih seperti digital pathology dan flow cytometry ke rumah sakit di 514 kabupaten/kota, serta PET CT Scan ke 16 rumah sakit vertikal Kemenkes.
Baca juga: Lombok Utara tingkatkan kualitas SDM pelayanan kesehatan
Terkait hal pengobatan kanker, Budi mengatakan pemerintah mendorong semua rumah sakit untuk menerapkan pendekatan multidisiplin dalam menangani kanker. Mulai 2025, katanya, pemerintah juga akan mendistribusikan cytotoxic drug safety cabinet untuk kemoterapi ke 514 kabupaten dan kota, serta radiotherapy dan linear accelerator (LINAC) ke 34 provinsi.
Tak hanya itu, Menkes mendorong semua rumah sakit untuk mengadopsi metode pengobatan kanker yang lebih maju guna mempercepat kesembuhan pasien.