Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengharapkan agar pemangkasan anggaran perjalanan dinas kementerian/lembaga pusat ditinjau ulang karena berdampak terhadap wisata di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Jamaludin Malady mengatakan kunjungan tamu ke hotel-hotel di Nusa Tenggara Barat sebagian besar ditopang oleh kegiatan pariwisata untuk bisnis atau dikenal istilah meetings, incentives, conferences, dan exhibition (MICE).
"Jumlah kunjungan wisatawan menjadi berkurang ke Nusa Tenggara Barat..., mudah-mudahan pemotongan anggaran perjalanan dinas 50 persen ditinjau kembali, mungkin Januari 2025," ujarnya di Mataram, Senin.
Jamaluddin menuturkan para pelaku industri perhotelan mengharapkan 60-70 persen dari kegiatan pemerintah, sedangkan sisanya sekitar 40-30 persen bergantung terhadap pihak agen perjalanan yang membawa tamu ke hotel.
Baca juga: Temuan BPK soal perjalanan dinas DPRD NTB mencapai Rp247 juta
Sejak kebijakan pemangkasan anggaran perjalanan dinas diberlakukan oleh pemerintah pusat per 7 November 2024, ada belasan agenda MICE batal digelar di Nusa Tenggara Barat.
Pembatalan agenda MICE tak hanya berdampak terhadap kunjungan wisatawan tetapi juga memukul industri turunan yang menyuplai makanan-minuman bagi perhotelan, seperti sektor pertanian, peternakan, maupun perikanan.
Menurut Jamaluddin, awal pemerintah Presiden Jokowi juga pernah diberlakukan kebijakan serupa dengan melarang ASN untuk mengadakan rapat di hotel. Namun, kebijakan itu tidak lama hanya sekitar 3-4 bulan.
"Pemotongan perjalanan dinas sangat berpengaruh bagi NTB. Padahal rata-rata akhir tahun pada Oktober dan November, kementerian/lembaga biasanya melaksanakan MICE atau rapat akhir tahun di Lombok. Beberapa kementerian dan BUMN membatalkan kegiatan MICE," pungkas Jamaluddin.
Baca juga: Bupati Bima larang ASN pergi perjalanan dinas menjelang Pemilu 2024
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah kumulatif tamu menginap pada hotel bintang maupun non-bintang yang ada di Nusa Tenggara Barat mencapai 1,77 juta orang per Oktober 2024. Sebanyak 52,27 persen atau setara 925.497 orang menginap di hotel bintang, sedangkan sisanya 47,73 persen atau sekitar 845.097 orang menginap di hotel non bintang.
Jumlah tamu menginap paling banyak adalah tamu dalam negeri mencapai 1,15 juta orang, kemudian tamu luar negeri hanya sebanyak 612.228 orang.