Jakarta (ANTARA) - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyatakan, Indonesia bisa menjadi pemimpin industri kreatif seperti mebel dan kerajinan dunia, dengan menerapkan transformasi bisnis yang mengubah mentalitas pengusaha sektor tersebut.
Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur dalam pernyataan di Jakarta, Kamis, menjelaskan Indonesia dikenal sebagai negara dengan warisan kriya yang melimpah dengan nilai ekspor pada 2024 menembus 3,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS), namun masih jauh dibanding Vietnam yang di atas 17 miliar dolar AS.
Menurut dia, untuk memacu kontribusi sektor mebel dan kerajinan, mentalitas pengusaha di industri itu perlu diubah.
"Regulasi, biaya logistik, dan tarif yang tinggi memang hambatan nyata. Namun yang lebih mendasar adalah mentalitas internal industri kita sendiri," ujarnya pula.
Ia menyampaikan, terlalu banyak produsen yang hanya menyalin katalog pembeli atau meniru sesama pengusaha. Akibatnya, produk yang dibuat tidak memiliki identitas, dan pembeli di luar negeri hanya melihat Indonesia sebagai pabrik murah, bukan pusat kreativitas.
"Kita sendiri yang membuka ruang bagi buyer untuk menekan harga. Saling menjatuhkan dengan banting harga membuat industri hanya hidup dari margin tipis, pekerja tetap bergaji rendah, dan investasi jangka panjang diabaikan," katanya lagi.
Baca juga: Kadin usulkan PLN terbitkan Green Bonds
Selanjutnya, menurut dia pula, pengusaha industri mebel dan kerajinan domestik masih terjebak pada pemenuhan kuantitas, bukan kualitas, serta minimnya kolaborasi antarpengusaha.
"Kita masih sibuk dengan ego masing-masing, sehingga buyer internasional melihat Indonesia sebagai pasar supplier parsial, bukan brand kolektif," ujar dia.
Selain itu, ada pula faktor eksternal yang membebani kinerja industri ini, seperti pemberlakuan European Union Deforestation Regulation (EUDR) sebagai hambatan dagang bagi perusahaan besar yang melakukan ekspor ke Uni Eropa.
Baca juga: Pemerintah intensif bahas izin penggilingan padi
Oleh karena itu, guna memajukan industri mebel dan kerajinan domestik agar mendominasi pasar global, perlu mentalitas baru dari para pengusaha.
Mentalitas tersebut, antara lain orisinalitas dan inovasi, penguatan etika dagang, penguatan nilai tambah, serta memperkuat kolaborasi.
"Kita harus tampil sebagai pusat kreativitas dunia, dengan mebel dan kerajinan yang tidak hanya kuat secara produksi, tetapi juga bermakna, bernilai, dan dihargai," ujarnya pula.
