Mataram (ANTARA) - Kasus pengerukan lereng bukit di beberapa tempat wilayah Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB seperti di wilayah perbatasan Desa Sembalun Lawang dengan Desa Sembalun Timba Gading, serta di wilayah Desa Sembalun Bumbung yang dilakukan oleh pengembang,mendapat protes dari warga. Dan keluhan warga ini direspon pihak desa dan kecamatan.
"Pengerukan lereng bukit ini kami minta dihentikan sementara, karena dampaknya merusak lingkungan, lahan pertanian warga terganggu dan berdampak gagal panen, termasuk merusak infrastruktur dan lingkungan," ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desa Sembalun Lawang, Burhanuddin, Senin.
Menurutnya, protes warga tersebut dinilai mendasar, karena takut akan terjadi longsor ketika musim hujan, kondisi bukit yang dikeruk labil. "
" Ini jelas-jelas membahayakan bagi masyarakat yang ada di bawah bukit, terutama yang memiliki lahan persawahan. Bahkan dampaknya telah terlihat," ucapnya.seraya meminta agar pemkab mengkaji ulang perizinan pihak investor yang melakukan pengerukan tersebut.
Baca juga: Pemprov NTB siapkan 200 ribu bibit tanaman di Bukit Doro O'o Bima
Burhanudin juga mengaku, terhadap adanya keluhan warganya tersebut, pihaknya langsung melakukan investasi serta klarifikasi terkait perizinan terhadap kasus pengerukan tersebut.
" Kami telah melakukan investigasi dan klarifikasi kepada pemerintah kabupaten baik dengan bidang RTRW di dinas PUPR, terutama berkaitan dengan surat ijzn, pengerukan tersebut,"sebutnya.
Yang jelas kegiatan pengerukan bukit tersebut, menurut Plt kades, masyarakat keberatan adanya pengerukan bukit tersebut.karena hampir 4 hektar lahan pertanian terimbas dampak pengerukan tersebut.
" Ini perlu menjadi atensi pemerintah kabupaten, terhadap keluhan warga, sebelum terjadi hal yang tak diinginkan di lapangan " kata Burhanudin menyebutkan.
Baca juga: Mengunjungi pulau Seribu Matahari, Seribu Bukit
Plt. Kades Sembalun Lawang juga mengaku, kalau pihaknya sempat berkoordinasi dengan pihak investor yang melakukan pengerukan,untuk menghentikan sementara, namun tak diindahkan, pengerukan terus terjadi.
"Yang jelas yang dikhawatirkan warga dampaknya, baik itu dampak ekologi dan kearifan lokal masyarakat Sembalun," katanya.
