Lombok Tengah (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menekankan pentingnya edukasi secara masif kepada masyarakat terkait dengan penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) untuk deteksi dini penyakit tersebut.
"Kuncinya edukasi ini harus masif diberikan kepada masyarakat, ketika berhubungan supaya tetap menggunakan pengaman," kata Kepala Dinkes Kabupaten Lombok Tengah Suardi di Lombok Tengah, Kamis.
Dia mengharapkan kolaborasi semua pihak, termasuk pemerintah desa, dalam memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan HIV/AIDS agar penyakit tersebut tidak menular kepada mereka.
Edukasi tersebut, katanya, juga untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus HIV/AIDS di daerah setempat.
"Peting dilakukan edukasi dan menjadi tanggung jawab bersama dalam mencegah terjadinya peningkatan kasus HIV di Lombok Tengah," katanya.
Baca juga: Sebanyak 578 warga di Lombok Tengah terindikasi HIV
Ia mengatakan skrining HIV di tempat-tempat spesifik di daerah setempat, bertujuan memberi edukasi dan penjangkauan lebih efektif kepada kelompok berisiko, sekaligus memutus mata rantai penularan tersebut di masyarakat.
Dinkes Kabupaten Lombok Tengah mencatat 37 kasus baru positif HIV/AIDS ditemukan dari hasil skrining yang telah dilaksanakan oleh petugas.
"Angka ini, berasal dari hasil skrining yang dilakukan sejak Januari hingga Oktober 2025 terhadap 19.305 orang," katanya.
Ia mengatakan jumlah tersebut menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang 35 kasus positif HIV.
"Dari 29 puskesmas kita sudah lakukan skrining pada 19.305 orang, skrining ini kita lakukan juga di daerah wisata,” katanya.
Baca juga: Dinkes Lombok Tengah memberikan penyuluhan pencegahan HIV/AIDS
Ia mengatakan skrining difokuskan pada area dengan potensi penularan tinggi, seperti kawasan wisata di wilayah Puskesmas Praya, tempat indekos, spa, panti pijat, dan salon.
“Penularan HIV ini, karena hubungan seksual atau gonta-ganti pasangan, jarum suntik yang tidak steril, dan lainnya,” ujarnya.
Ia menyebut kelompok dominan dari 37 kasus baru yang ditemukan itu, yakni pekerja seks. Namun, terdapat pula temuan lain, seperti ibu rumah tangga dan aparatur sipil negara.
"Ada juga kategori laki suka laki dan ini masih menjadi kelompok dengan angka kasus HIV tertinggi,” katanya.
