Teknologi baru deteksi dini risiko perdarahan pasien jantung

id TEG,pasien jantung,Risiko pendarahan,ibu hamil,Tindakan medis,keputusan medis

Teknologi baru deteksi dini risiko perdarahan pasien jantung

TEG digunakan untuk melihat bagaimana darah membeku, membentuk gumpalan, dan kemudian meluruh kembali. (ANTARA/HO-Siloam Hospitals TB Simatupang)

Jakarta (ANTARA) - Perkembangan teknologi medis beberapa tahun terakhir membuka peluang baru dalam meningkatkan akurasi diagnosis, terutama pada penyakit yang berkaitan dengan pembekuan darah.

Salah satunya alat bernama Thromboelastography atau TEG. Teknologi ini sebelumnya lebih banyak digunakan di rumah sakit rujukan besar, dan kini mulai diadopsi untuk memperkuat analisis klinis, terutama pada layanan kardiovaskular, kehamilan berisiko tinggi, serta perawatan intensif.

Di Jakarta, layanan ini bisa didapatkan misalnya di Siloam Hospitals TB Simatupang.

TEG pada dasarnya digunakan untuk melihat bagaimana darah membeku, membentuk gumpalan, dan kemudian meluruh kembali. Proses ini berlangsung di tubuh setiap saat, tetapi pada kondisi tertentu seperti penyakit jantung, operasi besar, atau preeklamsia pada ibu hamil, keseimbangannya dapat terganggu.

Di titik inilah peran TEG menjadi sangat dibutuhkan. Pemeriksaan ini memberi gambaran menyeluruh secara real time, bukan hanya satu aspek pembekuan darah seperti pada pemeriksaan laboratorium konvensional.

Maka kemudian, ketersediaan TEG diharapkan dapat membantu dokter mengambil keputusan klinis yang lebih terukur.

Data pembekuan darah yang lebih lengkap berguna dalam memastikan terapi yang diberikan benar-benar sesuai kebutuhan medis pasien.

Pendekatan ini melihat pelayanan kesehatan bukan sekadar sebagai prosedur, tetapi sebagai proses yang menuntut kehati-hatian agar keselamatan pasien tetap menjadi prioritas.

Spesialis Patologi Klinik dr Petty Atmadja SpPK menyebutkan bahwa TEG menggunakan metode viscoelastometric untuk menilai fungsi koagulasi secara menyeluruh.

Pemeriksaan ini menampilkan proses yang dimulai dari aktivasi koagulasi, pembentukan fibrin, interaksi trombosit, hingga peluruhan bekuan darah.

Karena dilakukan secara real time, hasilnya dapat membantu dokter memahami dinamika pembekuan darah pasien pada saat itu juga.


Risiko perdarahan

Dalam praktiknya, TEG bermanfaat untuk mendeteksi risiko perdarahan maupun pembekuan berlebih.

Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosis kelainan pembekuan darah yang kompleks, memantau penggunaan obat antikoagulan dan antiplatelet pada pasien penyakit jantung, serta menilai kondisi koagulasi sebelum dan sesudah operasi.

Selain itu, TEG juga bermanfaat sebagai skrining pada kehamilan dan usia lanjut serta pemantauan intensif pada pasien dengan kondisi sistemik berat.

Pada pasien penyakit jantung, pemeriksaan pembekuan darah memiliki arti penting karena banyak di antara mereka yang menjalani terapi pengencer darah.

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr Isabella Lalenoh SpJP menjelaskan bahwa TEG membantu dokter menilai apakah terapi yang diberikan sudah sesuai atau perlu penyesuaian.

Hal ini menjadi relevan misalnya pada pasien yang telah dipasang ring jantung, pengguna cardiac assist device, atau jantung buatan.

Menurut dia, TEG juga memberi pertimbangan klinis saat dokter perlu melakukan tindakan medis pada pasien dengan risiko perdarahan, sehingga keputusan yang diambil tetap berpegang pada data.

Sementara itu, pada bidang kebidanan, pemeriksaan TEG dinilai membantu dalam pemantauan kehamilan berisiko tinggi.

Spesialis Obstetri dan Ginekologi dr Andre Viscountie Saputra SpOG FMAS FICS menjelaskan bahwa TEG dapat membedakan pembekuan darah yang normal pada ibu hamil dengan kondisi yang terganggu akibat preeklamsia.

Dengan informasi yang lebih spesifik, dokter dapat memantau perkembangan penyakit dan menilai tingkat risikonya. Hal ini penting karena preeklamsia masih menjadi salah satu penyebab komplikasi serius pada ibu dan bayi bila tidak terdeteksi sejak dini.


Keputusan medis

Dari sisi akses layanan, pemeriksaan TEG tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa. Laboratorium dapat menerima sampel selama 24 jam, dan hasilnya umumnya tersedia sekitar delapan jam setelah diterima.

Pemeriksaan ini juga tidak terbatas hanya untuk pasien internal, tetapi dapat pula dilakukan atas rujukan tenaga kesehatan lain.

Dengan demikian, TEG berpotensi menjadi bagian dari praktik klinis yang lebih luas, terutama pada kasus yang memerlukan pemantauan pembekuan darah secara dinamis.

Namun, kehadiran teknologi baru tentu tidak boleh hanya dipandang dari sisi kecanggihannya. Yang lebih penting adalah bagaimana teknologi ini ditempatkan sebagai alat bantu pengambilan keputusan medis, bukan sebagai tujuan itu sendiri.

Data yang dihasilkan TEG tetap harus ditafsirkan bersama hasil pemeriksaan klinis lain, pengalaman dokter, serta kondisi pasien secara keseluruhan. Dengan cara ini, keputusan terapi tetap proporsional dan etis.

Di sisi lain, langkah menghadirkan TEG juga mencerminkan adanya perubahan paradigma dalam layanan kesehatan.

Semakin banyak institusi medis yang menempatkan aspek patient safety dan personalisasi terapi sebagai prioritas.

Pendekatan berbasis data klinis, bila diterapkan secara tepat, dapat membantu meminimalkan risiko, meningkatkan efektivitas terapi, dan mendorong praktik kedokteran yang lebih bertanggung jawab.

Pada titik ini, teknologi berperan sebagai penguat profesionalisme tenaga medis, bukan sebagai pengganti.

Di tengah meningkatnya kebutuhan layanan kardiovaskular dan kehamilan berisiko tinggi di perkotaan, ketersediaan alat diagnostik yang lebih komprehensif memberi ruang bagi standar layanan yang lebih baik.

Baca juga: Pasien penyakit jantung diminta terapkan pola makan sehat

Namun, peran edukasi publik juga tidak kalah penting. Masyarakat perlu memahami bahwa pemeriksaan seperti TEG bukanlah alat yang digunakan sembarangan, melainkan berdasarkan indikasi medis yang jelas.

Kesadaran ini akan membantu menjaga keseimbangan antara hak pasien untuk memperoleh layanan terbaik dan kehati-hatian dalam penggunaan teknologi medis.

Pada akhirnya, teknologi seperti TEG dapat dilihat sebagai bagian dari upaya panjang memperkuat layanan kesehatan di Indonesia. Tidak ada satu alat pun yang bisa menjadi jawaban atas semua masalah klinis.

Baca juga: Waspadai beberapa gejala pasien gagal jantung

Tetapi setiap langkah yang diambil untuk meningkatkan akurasi diagnosis dan keselamatan pasien tetap layak diapresiasi, selama dilandasi etika, transparansi, dan keberpihakan pada kepentingan pasien.

Di sinilah harapan tumbuh bahwa masa depan layanan kesehatan akan semakin bertumpu pada ilmu pengetahuan, kehati-hatian, dan penghormatan pada martabat manusia yang menjadi pusat dari setiap tindakan medis.


*) Penulis adalah Hospital Director Siloam Hospitals TB Simatupang.



Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.