Jakarta (ANTARA) - Ketua Pokja Gagal Jantung Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr. Siti Elkana Nauli menyebutkan terdapat beberapa gejala yang perlu diwaspadai untuk mengidentifikasi pasien gagal jantung seperti mudah lelah dan sesak napas serta tidur membutuhkan bantal yang lebih tinggi.

"Sebelum taraf yang berat, dia kalau melakukan pekerjaan biasanya katakanlah naik tangga sanggup dua tingkat sekarang itu jarak naik tangganya jauh lebih singkat, hanya setengah atau cuma satu tingkat sudah mengeluh capai atau sesak napas," ujar Nauli dalam diskusi bertajuk "Kenapa Kita Harus Peduli Gagal Jantung?" di Jakarta, Sabtu.

Tanda-tanda lain pasien yang mengalami gagal jantung seperti mengeluh sesak dan sakit ketika menunduk. Gejala lain adalah ketika tidur membutuhkan lebih dari satu bantal untuk mendapatkan posisi bantal yang lebih tinggi.

Baca juga: ITB meluncurkan "NIVA" alat pendeteksi dini penyakit jantung

Gejala gagal jantung juga berupa bengkak pada kaki dan perut dan ditambah dengan susah bernapas dan mengeluarkan suara berlebihan ketika bernapas menjadi pertanda yang harus diwaspadai untuk pasien yang memiliki gagal jantung.

"Apa yang terjadi pada diri kita itu hanya kita yang tahu. Sebaiknya kita sadar, tadinya bisa berjalan jauh mulai (sekarang) lebih pendek, jangan-jangan ada penyakit lain. Tapi tidak semua pasien sesak napas itu gagal jantung," tuturnya.

Dia menjelaskan bahwa sejumlah 64 juta pasien orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan gagal jantung, jumlah itu diperkirakan akan terus meningkat dengan tingkat rawat inap berulang dan kematian yang masih cukup tinggi. Di Indonesia penyakit jantung menempati posisi pertama dengan jumlah kasus 12,9 juta.

Selain itu, dia menyoroti bahwa angka rawat inap berulang karena gagal jantung masih cukup tinggi dan dapat menurunkan kemungkinan bertahan hidup. Karena semakin sering pasien dirawat inap maka angka kelangsungan hidup pasien menjadi semakin rendah.

Hal itu sesuai dengan data InaHF National Registry 2018 yang menyatakan bahwa sebesar 17 persen pasien gagal jantung di Indonesia akan mengalami rawat inap berulang, 17,2 persen pasien gagal jantung meninggal pada saat rawat inap, dan 11,3 persen pasien gagal jantung akan meninggal dalam satu tahun pengobatan.

Dia mengingatkan bahwa masalah terbesar pasien gagal jantung adalah kualitas hidup yang buruk dan tingkat dirawat kembali atau hospitalisasi makin tinggi. "Untuk itu tujuan pengobatan gagal jantung adalah memperbaiki kualitas hidup, mencegah rawat inap berulang karena gagal jantung dan menurunkan komplikasi," katanya.

Pewarta : Prisca Triferna Violleta
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024