Mataram (Antaranews NTB)- Kelompok Kerja Pengolahan Sampah Fidia di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengolah sampah plastik jenis kantong kresek menjadi pohon sampah plastik sakura.

Ketua Kelompok Kerja Pengolahan Sampah Fidia, Dina Aprilina Wati di Mataram, Rabu, mengatakan, hasil karyanya membuat berbagai jenis tanaman bonsai dari sampah plastik sudah banyak diminati.

"Saya orangnya memang senang dengan tanaman bunga, karena itu saya berpikir bagaimana merubah sampah plastik menjadi sebuah hasil karya berupa tanaman bunga," ujarnya.

Setelah dilakukan uji coba beberapa kali, Dina pun berhasil membuat aneka tanaman bonsai dari sampah plastik yang dipanaskan hingga meleleh kemudian dibentuk sedemikian rupa yang ternyata banyak juga diminati.

Untuk membuat satu bonsai dengan berat kurang dari satu kilogram, membutuhkan sampah plastik sekitar 100 kilogram, sementara harga jualnya mencapai Rp125 ribu hingga Rp250 ribu.

"Paling tinggi pohon sampah plastik yang saya buat jenis sakura, terjual Rp1,5 juta," kata Dina yang ditemui di sela kegiatan gelar teknologi tepat guna (TTG) tingkat Kota Mataram.

Berbagai hasil karya Dina ditampilkan di stan Dinas Lingkungan Hidup, dengan jenis produk unggulan pengolahan plastik menjadi tanaman hias sakura dan bonsai.

Pada stan itu, turut dipamerkan juga hasil karyanya berupa pohon sampah plastik kresek, dengan berat 250 kilogram tinggi 2,5 meter yang banyak mengundang kekaguman dari para pengunjung.

Dina mengakui, menyelesaikan karyanya itu sekitar dua tahun karena dirinya kekurangan sampah plastik sebagai bahan baku membuat pohon sampah plastik.

"Selama masa pembuatan, saya bekerja sama dengan Bank Sampah dan pokja-pokja lainnya di Mataram untuk mendapatkan sampah kresek," katanya.

Ia mengatakan, pohon sampah plastik yang dipajangnya itupun belum rampung 100 persen, karena pohon tersebut harus dibuat lebih rimbun dengan batang dan bunga.

"Saya memimpikan memiliki pohon sakura di Mataram, meskipun dari sampah plastik," katanya.

Pokja Fidia selama ini fokus mengembangkan kerajinan pengolahan sampah plastik menjadi pohon sampah plastik, karena di NTB baru kelompoknya yang mampu membuat pohon dari sampah plastik murni tanpa ada penyangga apapun.

"Kalau di tempat lain mungkin ada, tapi bagian dalamnya disangga dengan kawat atau besi, sedangkan saya semuanya murni sampah plastik," katanya.

Ia berharap hasil karyanya itu bisa diduplikat oleh masyarakat secara luas agar dapat membantu pemerintah dalam upaya pengurangan sampah plastik.(*)

Pewarta : Nirkomala
Editor : Masnun
Copyright © ANTARA 2024