Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebutkan sektor pertanian masih menyumbang angka serapan tenaga tertinggi dari total tenaga kerja di wilayah tersebut yakni 33 persen.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat menuturkan sektor pertanian telah menyerap 33 persen yang mencapai sekitar 950 ribu tenaga kerja dari total 2,93 juta tenaga kerja di NTB.
"Angkatan kerja di NTB ada sebanyak 3,01 juta jiwa atau setara 53 persen dari jumlah total penduduk 5,6 juta jiwa," ujarnya di Mataram, Kamis.
Pada 2023, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nusa Tenggara Barat mencapai Rp166,39 triliun. Sektor usaha pertanian, perkebunan, dan perikanan menyumbang PDRB terbesar mencapai Rp37 triliun.
Baca juga: BI: Pertanian Menjadi Sektor Utama Pertumbuhan Ekonomi di NTB
Taufieq menuturkan, jumlah pengangguran terbuka di wilayahnya mencapai 3,03 persen. Bila inflasi bisa terkendali, maka sektor pertanian bisa menciptakan gairah baru bagi para petani milenial untuk memulai usaha.
Nusa Tenggara Barat memiliki 1,4 juta hektare lahan pertanian yang setara dengan 73 persen dari luas lahan daratan daerah berjulukan Negeri Seribu Masjid tersebut.
Baca juga: Produksi padi di NTB tembus 899 ribu ton pada Januari-Mei 2024
Luas lahan baku sawah kini berada pada angka 234 ribu hektare yang mampu membuat Nusa Tenggara Barat selalu surplus beras setiap tahun.
Pada 2023, jumlah produksi padi Nusa Tenggara Barat mencapai 1,54 juta ton gabah kering giling dengan luas luas areal panen sekitar 287,51 ribu hektare.
Pemerintah NTB sedang membuat kawasan pertanian pangan berkelanjutan seluas 282 ribu hektare. Saat ini masih ada ruang seluas sekitar 50 ribu hektare yang masih berupa tanah tegalan.
"Kami sudah mengusulkan kepada Kementerian Pertanian untuk mencetak sawah baru seluas 17 ribu hektare. Kami berharap cetak sawah baru itu bisa menyerap pengaturan terbuka di NTB," kata Taufieq.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat menuturkan sektor pertanian telah menyerap 33 persen yang mencapai sekitar 950 ribu tenaga kerja dari total 2,93 juta tenaga kerja di NTB.
"Angkatan kerja di NTB ada sebanyak 3,01 juta jiwa atau setara 53 persen dari jumlah total penduduk 5,6 juta jiwa," ujarnya di Mataram, Kamis.
Pada 2023, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nusa Tenggara Barat mencapai Rp166,39 triliun. Sektor usaha pertanian, perkebunan, dan perikanan menyumbang PDRB terbesar mencapai Rp37 triliun.
Baca juga: BI: Pertanian Menjadi Sektor Utama Pertumbuhan Ekonomi di NTB
Taufieq menuturkan, jumlah pengangguran terbuka di wilayahnya mencapai 3,03 persen. Bila inflasi bisa terkendali, maka sektor pertanian bisa menciptakan gairah baru bagi para petani milenial untuk memulai usaha.
Nusa Tenggara Barat memiliki 1,4 juta hektare lahan pertanian yang setara dengan 73 persen dari luas lahan daratan daerah berjulukan Negeri Seribu Masjid tersebut.
Baca juga: Produksi padi di NTB tembus 899 ribu ton pada Januari-Mei 2024
Luas lahan baku sawah kini berada pada angka 234 ribu hektare yang mampu membuat Nusa Tenggara Barat selalu surplus beras setiap tahun.
Pada 2023, jumlah produksi padi Nusa Tenggara Barat mencapai 1,54 juta ton gabah kering giling dengan luas luas areal panen sekitar 287,51 ribu hektare.
Pemerintah NTB sedang membuat kawasan pertanian pangan berkelanjutan seluas 282 ribu hektare. Saat ini masih ada ruang seluas sekitar 50 ribu hektare yang masih berupa tanah tegalan.
"Kami sudah mengusulkan kepada Kementerian Pertanian untuk mencetak sawah baru seluas 17 ribu hektare. Kami berharap cetak sawah baru itu bisa menyerap pengaturan terbuka di NTB," kata Taufieq.