Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Perkebunan Nusa Tenggara Barat (NTB) membuka opsi penyaluran bantuan pertanian dengan menyasar kelompok usaha pertanian agar efektif dalam mendongkrak produksi dan mensejahterakan petani.
"Kami persiapkan aturan agar bantuan tidak saja kepada kelompok tani, tetapi kelompok usaha pertanian," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat di Mataram, Senin.
Taufieq menceritakan skema penyaluran bantuan kepada kelompok tani itu sama saja dengan menyerahkan bantuan kepada pemilik lahan.
Para petani yang menjadi buruh garap ataupun buruh panen seringkali tidak mendapatkan bantuan tersebut.
"Di sektor pertanian kami memilah menjadi dua, yaitu bos tani dan pekerja pertanian," kata Taufieq.
Dia menjelaskan bos tani terbagi lagi menjadi dua bagian berupa bos tani pemilik lahan dan bos tani penggarap lahan. Sedangkan, buruh tani terdiri dari buruh tani garap, buruh tani tanam, dan buruh tani rampek.
Pemerintah menyalurkan berbagai bantuan pertanian dengan pendekatan kelompok tani. Bantuan kelompok tani itu justru mengalir kepada pemilik lahan.
"Buruh tani tidak dapat bantuan, sehingga menyebabkan kesenjangan," kata Taufieq.
Selama ini ketika bantuan berupa transplenter padi yang diberikan kepada kelompok tani membuat buruh tanam hilang pekerjaan. Begitu pula bantuan mesin panen dengan pendekatan kelompok tani pemilik lahan membuat buruh rampek kehilangan pekerjaan.
Taufeiq mengungkapkan pihaknya telah menyampaikan langsung kepada Menteri Pertanian terkait persoalan tersebut, sehingga sekarang diberi ruang usaha pengelolaan jasa alat dan mesin pertanian tidak lagi satu-satunya jalan bantuan kepada kelompok tani.
Skema penyaluran bantuan pertanian yang langsung menyasar kelompok usaha merupakan salah satu upaya pemerintah NTB untuk mendongkrak jumlah petani muda karena mereka cenderung tidak memiliki lahan untuk menanam.
Berdasarkan hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2023 oleh BPS, jumlah petani muda di Nusa Tenggara Barat yang berumur 19-39 tahun tercatat sebanyak 225.483 orang atau sekitar 30,37 persen dari total petani di wilayah tersebut yang mencapai 742.343 orang.
Populasi petani muda paling banyak di NTB berada di Lombok Timur mencapai 55.597 orang (24,66 persen), Lombok Tengah 48.818 orang (21,65 persen), dan Kota Bima (15,46 persen).
"Kami persiapkan aturan agar bantuan tidak saja kepada kelompok tani, tetapi kelompok usaha pertanian," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat di Mataram, Senin.
Taufieq menceritakan skema penyaluran bantuan kepada kelompok tani itu sama saja dengan menyerahkan bantuan kepada pemilik lahan.
Para petani yang menjadi buruh garap ataupun buruh panen seringkali tidak mendapatkan bantuan tersebut.
"Di sektor pertanian kami memilah menjadi dua, yaitu bos tani dan pekerja pertanian," kata Taufieq.
Dia menjelaskan bos tani terbagi lagi menjadi dua bagian berupa bos tani pemilik lahan dan bos tani penggarap lahan. Sedangkan, buruh tani terdiri dari buruh tani garap, buruh tani tanam, dan buruh tani rampek.
Pemerintah menyalurkan berbagai bantuan pertanian dengan pendekatan kelompok tani. Bantuan kelompok tani itu justru mengalir kepada pemilik lahan.
"Buruh tani tidak dapat bantuan, sehingga menyebabkan kesenjangan," kata Taufieq.
Selama ini ketika bantuan berupa transplenter padi yang diberikan kepada kelompok tani membuat buruh tanam hilang pekerjaan. Begitu pula bantuan mesin panen dengan pendekatan kelompok tani pemilik lahan membuat buruh rampek kehilangan pekerjaan.
Taufeiq mengungkapkan pihaknya telah menyampaikan langsung kepada Menteri Pertanian terkait persoalan tersebut, sehingga sekarang diberi ruang usaha pengelolaan jasa alat dan mesin pertanian tidak lagi satu-satunya jalan bantuan kepada kelompok tani.
Skema penyaluran bantuan pertanian yang langsung menyasar kelompok usaha merupakan salah satu upaya pemerintah NTB untuk mendongkrak jumlah petani muda karena mereka cenderung tidak memiliki lahan untuk menanam.
Berdasarkan hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2023 oleh BPS, jumlah petani muda di Nusa Tenggara Barat yang berumur 19-39 tahun tercatat sebanyak 225.483 orang atau sekitar 30,37 persen dari total petani di wilayah tersebut yang mencapai 742.343 orang.
Populasi petani muda paling banyak di NTB berada di Lombok Timur mencapai 55.597 orang (24,66 persen), Lombok Tengah 48.818 orang (21,65 persen), dan Kota Bima (15,46 persen).