Mataram, NTB (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Nusa Tenggara Barat periode Agustus 2024 mengalami surplus sebesar 370,75 juta dolar AS.
Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, NTB, Selasa, mengatakan pada Agustus 2024, nilai ekspor Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 449,20 juta dolar AS, sedangkan nilai impor hanya sebanyak 78,45 juta dolar AS.
Ekspor Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan sebesar 115,10 persen dibandingkan Juli lalu, dan juga mengalami peningkatan sebesar 10,77 persen dibandingkan dengan Agustus 2023.
Wahyudin memaparkan bahwa kelompok komoditas ekspor terbesar berasal dari bahan galian tambang nonmigas sebesar 443,53 juta dolar AS (0,56 persen), kapal laut dan bangunan terapung 2,5 juta dolar AS (0,56 persen), serta ikan dan udang 2,31 juta dolar AS (0,51 persen).
Selanjutnya, ekspor komoditas perhiasan atau permata 379.857 dolar AS (0,08 persen); garam, belerang, dan kapur 221.712 dolar AS (0,04 persen); dan terakhir daging serta ikan olahan 170.859 dolar AS (0,04 persen).
Negara tujuan ekspor terbesar adalah China dengan persentase 65,15 persen, Korea Selatan sebesar 22,80 persen, dan Jepang mencapai 10,89 persen.
BPS mengungkapkan sektor tambang saat ini masih menjadi komoditas ekspor andalan bagi Nusa Tenggara Barat.
Pada Agustus 2024, terdapat kenaikan sebesar 116,85 persen dari nilai ekspor pada Juli lalu, serta ada peningkatan sebesar 11,49 persen jika dibandingkan dengan Agustus 2023.
"Tingkat ekspor lumayan besar karena di bulan Agustus itu tetap ada ekspor tambang mineral dari daerah Nusa Tenggara Barat," katanya.
Lebih lanjut, Wahyudin menyampaikan secara kumulatif dari Januari hingga Agustus 2024, neraca perdagangan Nusa Tenggara Barat mengalami surplus sebesar 1,29 miliar dolar AS.
Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, NTB, Selasa, mengatakan pada Agustus 2024, nilai ekspor Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 449,20 juta dolar AS, sedangkan nilai impor hanya sebanyak 78,45 juta dolar AS.
Ekspor Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan sebesar 115,10 persen dibandingkan Juli lalu, dan juga mengalami peningkatan sebesar 10,77 persen dibandingkan dengan Agustus 2023.
Wahyudin memaparkan bahwa kelompok komoditas ekspor terbesar berasal dari bahan galian tambang nonmigas sebesar 443,53 juta dolar AS (0,56 persen), kapal laut dan bangunan terapung 2,5 juta dolar AS (0,56 persen), serta ikan dan udang 2,31 juta dolar AS (0,51 persen).
Selanjutnya, ekspor komoditas perhiasan atau permata 379.857 dolar AS (0,08 persen); garam, belerang, dan kapur 221.712 dolar AS (0,04 persen); dan terakhir daging serta ikan olahan 170.859 dolar AS (0,04 persen).
Negara tujuan ekspor terbesar adalah China dengan persentase 65,15 persen, Korea Selatan sebesar 22,80 persen, dan Jepang mencapai 10,89 persen.
BPS mengungkapkan sektor tambang saat ini masih menjadi komoditas ekspor andalan bagi Nusa Tenggara Barat.
Pada Agustus 2024, terdapat kenaikan sebesar 116,85 persen dari nilai ekspor pada Juli lalu, serta ada peningkatan sebesar 11,49 persen jika dibandingkan dengan Agustus 2023.
"Tingkat ekspor lumayan besar karena di bulan Agustus itu tetap ada ekspor tambang mineral dari daerah Nusa Tenggara Barat," katanya.
Lebih lanjut, Wahyudin menyampaikan secara kumulatif dari Januari hingga Agustus 2024, neraca perdagangan Nusa Tenggara Barat mengalami surplus sebesar 1,29 miliar dolar AS.