Dompu (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dompu, Nusa Tenggara Barat, telah menangani 13 pasien HIV hingga Maret tahun ini, mayoritas dari penyuka sesama jenis.
Dari jumlah tersebut, satu pasien telah pindah domisili dan menjalani perawatan di daerah asalnya. Jadi saat ini sisa 12 pasien
"Jumlah ini terhitung sejak bulan Januari sampai bulan ini," ungkap Direktur RSUD Dompu dr. Fitratul Ramadhan, melalui Kasi Humas Muhammad Iradat, kepada ANTARA di Dompu, Sabtu.
Dikatakannya, bahwa mayoritas pasien, sekitar 80 persen berasal dari kelompok Lelaki Suka Lelaki (LSL) atau komunitas homoseksual LGBT.
"Berdasarkan data pasien yang ada, faktor utama penyebarannya adalah hubungan seksual berisiko, terutama di kalangan LSL," jelasnya.
Baca juga: Empat penderita HIV/AIDS ditemukan di Dompu, satu di antaranya anak usia 7 tahun
Meskipun program edukasi dan pencegahan terus dilakukan, lanjut Iradat, stigma sosial masih menjadi tantangan besar dalam upaya pengendalian penyebaran virus ini.
"Kami terus melakukan pendampingan terhadap pasien, baik dari segi pengobatan maupun dukungan psikososial. Namun, tantangan terbesar yang kami hadapi adalah stigma dari masyarakat yang membuat banyak orang enggan untuk melakukan tes dan pengobatan dini," ujarnya.
Lebih lanjut pria yang akrab disapa Dae Redho ini memaparkan, dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, para pasien mendapatkan pelayanan ekstra dan gratis dari Dokter dan perawat RSUD.
Adapun, berbagai layanan yang disediakan, yakni terapi Antiretroviral (ARV). Obat ini diberikan secara rutin untuk menekan jumlah virus dalam tubuh pasien, sehingga HIV tidak berkembang menjadi AIDS.
Selanjutnya, pemeriksaan Rontgen tujuannya untuk mendeteksi kemungkinan infeksi sekunder, seperti tuberculosis (TBC), yang sering menyerang penderita HIV.
"Kemudian, pemeriksaan laboratorium yakni meliputi tes darah lengkap untuk memantau kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh. Lalu, konseling dan pemeriksaan rutin dokter," paparnya.
Baca juga: Belasan warga Lombok Timur meninggal akibat penyakit HIV/AIDS
Pasien juga mendapatkan sesi konseling untuk mendukung kesehatan mental dan mengurangi stigma, serta pemeriksaan berkala oleh dokter spesialis.
"Begitu pun dengan pemeriksaan Viral Load (VL), untuk mengukur jumlah virus dalam darah pasien untuk menilai efektivitas terapi ARV," bebernya.
Terakhir ia menegaskan, pelayanan ekstra ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan pengobatan optimal tanpa terkendala biaya.
“Kami ingin mereka tetap mendapatkan perawatan terbaik tanpa merasa terbebani. HIV bukan akhir dari segalanya, dan dengan terapi yang tepat, pasien bisa hidup sehat dan produktif,” pungkasnya.
Sebelumnya, Dikes Kabupaten Dompu mempublis telah menemukan empat kasus pada Januari lalu. Dari empat kasus tersebut, masing-masing berumur 7 tahun, 17 tahun, 20 tahun, dan 32 tahun.
Baca juga: 12 kasus kematian akibat HIV/AIDS di Mataram
Baca juga: Sebanyak 578 warga di Lombok Tengah terindikasi HIV
Baca juga: Cegah replikasi virus dengan minum ARV tepat waktu ODHA