Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan empat faktor pemicu curah hujan tinggi yang membuat Nusa Tenggara Barat berpotensi dilanda cuaca ekstrem hingga sepekan ke depan.
"Saat ini terpantau adanya gangguan atmosfer yang mampu menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi NTB Satria Topan Primadi di Mataram, Rabu.
Ia menjelaskan keempat faktor pemicu curah hujan tinggi tersebut, yakni fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang aktif dan kemunculan gelombang Kelvin di wilayah NTB sehingga berdampak terhadap peningkatan curah hujan.
Faktor pemicu lainnya, yakni kemunculan sirkulasi siklonik di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Timur yang membentuk pertemuan angin dan belokan angin di sekitar NTB.
Ia menjelaskan gerakan angin yang berputar tersebut, menarik udara lembap, membentuk awan, dan berpotensi menyebabkan hujan lebat.
BMKG menyatakan kelembapan udara yang cenderung basah di berbagai ketinggian serta labilitas atmosfer kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal turun menjadi pemicu curah hujan tinggi di NTB.
"Waspadai peningkatan curah hujan sepekan ke depan," kata Topan.
Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG memperlihatkan adanya potensi peningkatan pertumbuhan awan konvektif atau awan kumulonimbus di beberapa wilayah setempat.
Hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir atau kilat serta angin kencang berpotensi terjadi hingga 18 November 2025.
BMKG memprediksi hujan mengguyur seluruh daerah kabupaten dan kota di NTB pada 12-14 November 2025. Daerah yang berpotensi diguyur hujan lebat semakin sedikit pada 15-18 November 2025, di antaranya Lombok Timur, Dompu, dan Bima.
"Kami mengimbau masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana untuk selalu waspada dan siaga," demikian Topan.
Baca juga: Tiga kabupaten di NTB status siaga curah hujan tinggi
Baca juga: Warga NTB diimbau siaga bencana di musim hujan
Baca juga: Warga NTB diminta waspadai curah hujan tinggi sepekan ke depan