Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan vaksin cacar (smallpox) masih efektif untuk menangkal risiko penularan cacar monyet atau monkeypox pada manusia.
"Sekitar 85 persen vaksin cacar masih bermanfaat untuk menangkal cacar monyet," kata Mohammad Syahril saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Selasa.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, vaksin cacar merupakan vaksin pertama yang berhasil memberikan perlindungan di dalam tubuh terhadap serangan infeksi virus patogen. Vaksin ini ditemukan oleh seorang dokter asal Inggris, Edward Jenner, pada tahun 1776.
Indonesia kini menjadi salah satu negara yang dikategorikan bebas dari cacar terhitung sejak 1980. Predikat itu tidak lepas dari program imunisasi yang dilaksanakan secara masif sejak 1956.
Baca juga: BPKP menelusuri potensi kerugian pengadaan alat Poltekkes Mataram
Syahril yang juga menjabat sebagai Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso mengatakan penggunaan vaksin khusus untuk cacar monyet merupakan kewenangan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
"Biasanya akan ada rekomendasi dari WHO dan akan direkomendasikan pada negara yang memang butuh vaksin itu," katanya.
Dilansir dari keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) nama cacar monyet disebabkan oleh virusnya yang kali pertama ditemukan pada hewan monyet pada tahun 1958.
Namun pada 1970, ditemukan kasusnya pada manusia kali pertama di Republik Demokratik Kongo.
Periode invasi cacar monyet ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri punggung yang dipicu pembesaran kelenjar getah bening.
Baca juga: Varian Omicron berkaitan dengan infeksi HIV
Gejala yang timbul selang 1-3 hari setelah periode invasi akan ditandai dengan ruam pada kulit wajah (95 persen), telapak tangan dan kaki (75 persen), mulut (70 persen), kelamin (30 persen), dan konjungtiva (20 persen). Bentuk ruam seperti kemerahan pada kulit, lenting bernanah, lenting berair, dan papul.
Hingga saat ini telah ditemukan total 92 kasus terkonfirmasi dan 28 suspek di 12 negara nonendemik cacar monyet di antaranya Australia, Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Kasus cacat monyet umumnya dialami laki-laki yang berhubungan seksual dengan sesama jenis. WHO hingga saat ini masih menyelidiki hipotesis yang menyebutkan cacar monyet menular melalui hubungan seksual.
WHO telah mengeluarkan panduan untuk mengantisipasi penularan cacar monyet di antaranya dengan cara menghindari kontak kulit dengan orang yang bergejala dari ke kulit dan wajah ke wajah.
Masyarakat juga diimbau selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan rajin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer mengandung alkohol serta memakai masker dan menjaga etika saat batuk serta berhubungan seksual secara aman.
Berita Terkait
Kasus pertama strain cacar monyet baru terdeteksi di Inggris
Jumat, 1 November 2024 7:30
Kasus pertama varian baru mpox terdeteksi di India
Selasa, 24 September 2024 6:20
Malaysia laporkan satu kasus mpox
Rabu, 18 September 2024 6:58
Vaksin mpox MVA-BN jadi pertama masuk prakualifikasi WHO
Sabtu, 14 September 2024 7:00
Warga dibutuhkan untuk pastikan pasien isolasi Mpox
Rabu, 4 September 2024 4:58
Bandara Lombok pasang Thermal Scanner cegah penyebaran Mpox
Selasa, 3 September 2024 12:38
Pemprov NTB perkuat pengawasan pintu masuk untuk tangkal kasus Mpox
Jumat, 30 Agustus 2024 15:37
Kemenhub wajibkan aplikasi SATUSEHAT perjalanan luar negeri
Rabu, 28 Agustus 2024 20:22