EMPAT PASIEN RSUP NTB NEGATIF "SUSPECT" FLU BURUNG

id

     Mataram, 19/10 (ANTARA) - Empat pasien rujukan di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat yang semula dikategorikan "suspect" flu burung, segera dipulangkan karena hasil pemeriksaannya negatif atau tidak ditemukan virus H5N1 dalam tubuhnya.

     "Sudah dilakukan serangkaian pemeriksaan, dan hasil VCR menyatakan negatif atau tidak ditemukan virus flu burung," kata Direktur Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Nusa Tenggara Barat (NTB) dr H Lalu Mawardi Hamri, yang didampingi dua dokter ahli yang menangani empat pasien tersebut, di Mataram, Rabu.

     Kedua dokter ahli itu yakni dr Salim (spesialis paru) dan dr Abdul Razak (spesialis anak). Keduanya merupakan bagian dari tim khusus penanganan pasien SARS, flu burung dan flu babi, yang dibentuk manajemen RSUP NTB.

    Tim khusus penanganan penyakit influenza berbahaya itu, juga beranggotakan dokter ahli THT, penyakit dalam (internis) dan radiologi.

     Sementara pemeriksaan Visual Conversion Reaction (VCR) untuk mendeteksi virus saluran pernapasan dengan metoda biomolekuler atau pemeriksaan DNA, yang didukung sejumlah peralatan yang memadai.

     Sedangkan empat pasien yang negatif "susfect" flu burung itu masing-masing Aditia Dwi (11 bulan) asal Desa Pringgarata, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah, Inaq Sahnun (52), warga Kelurahan Semayan, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, Dian Syahwan (5 bulan) juga warga Kelurahan Semayan, dan Sartika Kameda (10).

    Kelurahan Semayan dan Desa Pringgarata merupakan dua desa di Kabupaten Lombok Tengah, yang mmeiliki riwayat dugaan penyebaran virus flu burung pada hewan, yang ditandai dengan ratusan ekor ayam mati secara mendadak dalam sepekan pada pertengahan Oktober lalu.

    Mawardi mengatakan, Aditia yang baru berusia 11 bulan itu sebelumnya dirawat di Puskesmas Pringgarata pada 14 Oktober, kemudian dirujuk ke RSUD Selong hingga dirujuk ke RSUP NTB pada 15 Oktober 2011.        

    Inaq Sahnun, juga dirujuk dari RSUD Praya ke RSUP NTB pada 15 Oktober 2011,  sementara Dian Syahwan dan Sartika Kameda, dirujuk dari RSUD Praya ke RSUP NTB pada 17 Oktober 2011.

    Keempat pasien itu menunjukan gejala-gejala gangguan medis seperti demam tinggi yang mencapai 28 derajat selsius, dan beberapa diantaranya batuk-batuk, sehingga dikategorikan "suspect" flu burung. Apalagi, mereka berasal dari permukiman yang mejadi lokasi ratusan ekor ayam mati mendadak itu.

   "Kini, keempat pasien itu sudah berangsur-angsur sembuh. Suhu tubuhnya juga makin berkurang sehingga semakin jauh dari kemungkinan terjangkit flu burung. Hanya saja, masih harus dirawat sambil menunggu hasil konfirmasi spesimen yang dikirim ke Litbang Kementerian Kesehatan di Jakarta," ujarnya.

    RSUP NTB mengirim spesimen darah keempat pasien itu ke Litbang Kementerian Kesehatan, guna mengetahui kultur pembiakan virus H5N1 yang mungkin saja ada, namun tidak terdeteksi melalui metoda VCR.

    Spesimen itu, menurut Mawardi, sudah dikirim sejak 15 Oktober lalu, sehingga diharapkan akan segera ada hasilnya, untuk dinformasikan kepada pasien dan sanak keluarganya.

    "Kita tunggu saja, sambil memulihkan kondisi kesehatan keempat pasien itu. Mungkin, dalam pekan ini sudah ada," ujarnya. (*)