Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Usman Hadi di Mataram, Senin, mengatakan, selama enam bulan ini kasus DBD tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan jumlah kasus 107 dan satu meninggal dunia.
"Tingginya kasus di bulan Januari disebabkan terjadinya perubahan cuaca yang tidak menentu karena kadang pagi cerah, siangnya hujan sehingga memicu jentik nyamuk," katanya.
Sementara pada bulan berikutnya, kata Usman, kasus DBD mengalami fluktuasi. Pada Februari kasus DBD turun menjadi 54 kasus, naik lagi di Maret 59 kasus, kemudian turun lagi April 49 kasus, Mei naik menjadi 59 kasus, dan terakhir bulan Juni turun menjadi 57 kasus.
"Untuk awal bulan Juli ini masih dalam proses penghitungan. Harapan kita, kasus DBD Juli bisa turun," katanya.
Terkait dengan itu, Usman mengimbau masyarakat agar waspada terhadap berbagai potensi peningkatan kasus DBD selama musim pancaroba.
Masyarakat harus terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), melakukan gerakan 3M plus (menguras bak air, menutup dan mengubur barang bekas), plus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Selain itu, Dinkes juga telah membagikan bubuk abate kepada masyarakat secara gratis melalui kader kesehatan. Bubuk abate yang dimasukkan ke penampungan air atau genangan air bisa mencegah munculnya jentik nyamuk.
"Untuk kegiatan pengasapan atau fogging tetap kita lakukan, tapi difokuskan pada kelurahan yang warganya positif terjangkit DBD," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dinkes Mataram catat kasus DBD capai 385