Tangerang (ANTARA) - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Jakarta Heart and Vascular Center (JHVC), Dr Utojo Lubiantoro, SpJP, FIHA menyebutkan bahwa jantung koroner merupakan penyakit paling mematikan pertama di dunia.
"Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia atau WHO jantung koroner tetap menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia hingga detik ini, dan dikenal sebagai si 'silent killer'," ucap dia dalam seminar awam bertema “Isu Seputar Ring Jantung” di the Springs Club, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Sabtu (11/3).
Menurutnya, di tengah keganasan penyakit tersebut tidak berbanding lurus dengan pengetahuan masyarakat di Indonesia. Padahal kondisi ini bisa ditekan bila masyarakat mengenal gejala-gejala awalnya dan waspada terhadap faktor-faktor risiko yang dimiliki serta teratur melakukan pemeriksaan kesehatan jantung sebagai bagian dari pencegahan. "Pengetahuan yang minim dan tidak benar tentu dapat merugikan dan membahayakan si pasien," katanya.
Ia mengatakan dalam penanganan penyakit jantung ini, masyarakat hanya mengenali pemasangan ring atau stent jantung. Hal tersebut juga memang merupakan salah satu solusi yang tergolong aman.
Namun, perlu dipahami juga terkait fungsi pemasangan ring jantung dan kapan seseorang memerlukannya, serta apa risikonya. Ia mengatakan masih banyak orang yang belum memahami hal itu. "Kurangnya pemahaman masyarakat terkait hal ini tentunya dapat memengaruhi pengambilan keputusan ketika dihadapkan dengan pilihan yang ditawarkan oleh dokter," jelasnya.
Kendati demikian, melalui kegiatan seminar awam yang diselengarankan itu, diharapkan mampu mengedukasi masyarakat agar dapat mengambil keputusan yang bijaksana jika dihadapkan dengan situasi terkait gangguan kesehatan jantung, baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. "Ini merupakan bukti nyata bahwa masyarakat sebenarnya haus untuk mengetahui hal ini," ujarnya.
Baca juga: Ibu hamil gangguan jantung bisa tingkatkan risiko bayi stunting
Baca juga: Rumah Sakit Jantung Oputa Yi Koo diresmikan April 2023
Ia menambahkan bahwa semacam awam yang merupakan kegiatan sosialisasi dan edukasi terkait penanganan penyakit kepada masyarakat ini, nantinya akan terus dilakukannya secara berkala di berbagai lokasi. "Banyaknya orang yang hadir pada seminar kali ini, dan ini merupakan bukti nyata bahwa masyarakat memerlukan pengetahuan," kata dia.
Berita Terkait
Keluarga SIGAP berdampak positif ubah perilaku masyarakat
Kamis, 21 November 2024 18:51
Dinkes-BNNK Mataram ciptakan kota tanggap ancaman narkoba
Sabtu, 16 November 2024 17:44
Kemenkes edukasi pentingnya jaga kesehatan mental
Sabtu, 26 Oktober 2024 4:19
Deteksi gangguan mental, Dinkes Mataram gandeng IDI edukasi kesehatan jiwa siswa
Jumat, 18 Oktober 2024 10:53
Universitas Warmadewa edukasi calon dokter
Rabu, 22 Mei 2024 4:13
Dinkes Mataram gencarkan edukasi kesehatan di 11 puskesmas
Jumat, 19 April 2024 16:36
Edukasi penting guna menjaga kesehatan pendengaran publik
Jumat, 1 Maret 2024 15:04
Peran Puspaga edukasi keluarga seputar menstruasi
Selasa, 30 Mei 2023 7:05