Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Premana W. Premadi mengatakan gerhana matahari hibrida utamanya berupa gerhana matahari sebagian dan gerhana matahari total di wilayah Indonesia.
"Peristiwa yang jarang dan tentunya Indonesia beruntung sekali bisa mendapatkan gerhana matahari total," ujarnya dalam konferensi pers di Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ), Cikini, Jakarta Pusat, Kamis.
Premana yang menjabat selaku Kepala Observatorium Bosscha itu mengatakan fenomena gerhana matahari total berikutnya akan kembali melintasi Indonesia pada 2042.
Menurutnya, gerhana matahari total menarik dari berbagai aspek sebab fenomena itu tak hanya unik tetapi juga indah dan juga sudah dikenali masyarakat di dunia dalam berbagai peradaban.
"Kita pun secara astronomi bisa menghitung ke depan maupun ke belakang kapan saja pernah terjadi gerhana dan kapan lagi akan terjadi gerhana," kata Premana.
Lebih lanjut dia menerangkan bahwa peristiwa gerhana penting untuk dipelajari sebagai bagian dari sains, terutama gerhana matahari total sebab ketepatan waktu dan ketepatan posisi dapat dihitung dengan sangat seksama.
"Itu merupakan kesempatan untuk belajar sains, belajar matematika yang sangat unik," kata Premana.
Gerhana matahari terjadi saat bulan melintas di antara matahari dan bumi, sehingga cahaya matahari terhalang sebagian atau seluruhnya oleh piringan bulan.
Terdapat beberapa jenis gerhana matahari, yaitu gerhana matahari total, gerhana matahari cincin, gerhana matahari parsial, dan gerhana matahari hibrida.