Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan kinerja industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika (ILMATE) masih tercatat gemilang dengan pertumbuhan mencapai 10 persen (yoy) pada triwulan III tahun 2023, atau mencapai total nilai sebesar Rp159,41 triliun.
Direktur Jenderal ILMATE Kemenperin Taufiek Bawazier menyampaikan pertumbuhan ILMATE yang moncer hingga double digit terjadi sejak triwulan III-2022, dan pertumbuhan yang melesat jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional itu sudah terjadi sejak triwulan I 2021. Hal itu menunjukkan bahwa sektor ILMATE menjadi kontributor yang signifikan terhadap kinerja industri manufaktur maupun ekonomi nasional.
"Capaian positif ini membuktikan bahwa kebijakan yang telah kami jalankan selama ini seperti green mobility, hilirisasi, dan smart supply-demand sudah on the right track sehingga mampu mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur," kata Taufiek dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Hingga jelang akhir tahun, aktivitas industri manufaktur Indonesia masih dalam fase ekspansi. Hal ini tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) dan Purchasing Manager’s Index (PMI) yang berada di atas level 50,00 atau ekspansi pada Oktober 2023.
Taufiek menyebutkan, subsektor ILMATE memiliki kinerja kinclong sehingga berperan penting pada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan III-2023, antara lain adalah industri logam dasar, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, industri permesinan, serta industri alat angkutan.
"Sektor-sektor ini yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB industri pengolahan nonmigas, baik forward maupun backward linkage," ujarnya.
Taufiek menjelaskan, peningkatan permintaan baja nasional untuk mendukung pembangunan konstruksi di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan pengembangan kendaraan listrik di dalam negeri, telah menjadi pemantik bagi tumbuhnya industri logam dasar yang mencapai 10,86 persen yoy.
"Selain itu, peningkatan permintaan ekspor untuk produk logam dasar nickel matte dan ferronickel, juga menjadi salah satu penyebab tumbuhnya industri logam dasar," ungkapnya.
Terlebih lagi program hilirisasi menjadi pemicu pertumbuhan PDRB per kapita provinsi untuk wilayah penghasil nikel seperti Maluku Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara yang telah terbukti mengalami pertumbuhan ekonomi jauh di atas rata-rata nasional sejak tahun 2018. Sementara itu, jika dilihat dari data ekspor-impor, nilai ekspor sektor industri logam dasar pada triwulan III-2023 menembus 10,50 miliar dolar AS atau terkerek naik sebesar 1,72 persen (y-on-y), sedangkan nilai impornya sekitar 4,89 miliar dolar AS.
"Hal ini mengakibatkan terjadinya surplus neraca perdagangan hingga 5,61 miliar dolar AS. Pertumbuhan positif di sektor ini sejalan dengan perbaikan-perbaikan kebijakan di Kemenperin terkait mekanisme smart supply-demand baja nasional," papar Taufiek.
Berikutnya, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik tumbuh sebesar 13,68 persen yoy. Melambungnya sektor ini karena juga adanya lonjakan permintaan dari sektor konstruksi yang mengakibatkan peningkatan produksi barang logam di Provinsi Jawa Barat, Banten dan Jawa Timur.
"Bagi kami, ini sebuah prestasi, di mana industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik pada periode tahun 2017 sampai 2020 tumbuhnya tidak lebih dari 4,5 persen setiap kuartalnya dan cenderung negatif, kini bisa mencapai 13,68 persen. Tentunya prestasi ini adalah buah keberhasilan dari langkah-langkah kebijakan yang nyata dibuat Kemenperin dalam pengembangan sektor ILMATE," imbuh Taufiek.
Kemudian, industri permesinan tumbuh mencapai 1,86 persen yoy pada triwulan III-2023, yang pada periode sebelumnya sempat mengalami kontraksi sebesar 0,02 persen. Menguatnya kinerja industri permesinan ini karena ditopang peningkatan produksi alat berat, utamanya jenis hydraulic excavator di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
"Kami optimistis, kinerja pertumbuhan sektor ILMATE yang cemerlang ini dapat memacu peningkatan investasi dan daya saing, termasuk performa ekspor komoditas ILMATE," tutur Taufiek.