Ilmuwan soroti konservasi spesies migrasi di kawasan Bentang Laut Sunda Kecil

id sunda kecil,laut sunda kecil,spesies migrasi,konservasi spesies,laut sawu,selat ombai,mamalia laut,spesies terancam puna

Ilmuwan soroti konservasi spesies migrasi di kawasan Bentang Laut Sunda Kecil

Arsip - Pengunjung saat mengamati karya foto saat pameran World Migratory Bird Day (WMBD) di Landmark Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, Jumat (6/10/2023). Pameran yang diselenggarakan Komunitas Halmahera Wildlife Photography (HWP) bekerja sama dengan Burung Indonesia itu menampilkan karya foto berbagai jenis burung migran dari belahan bumi utara yang bermigrasi ke Maluku Utara dengan tema Festival Keanekaragaman Hayati Maluku Utara dan bertujuan untuk mengampanyekan kepedulian terhadap pelestarian satwa alam bebas. ANTARA FOTO/Andri Saputra/rwa.

Mataram (ANTARA) - Sejumlah ilmuwan menyoroti upaya penyelamatan berbagai spesies laut yang melakukan migrasi di kawasan Bentang Laut Sunda Kecil (BLSK) meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timur Leste.

Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia Iqbal Herwata dalam keterangan di Mataram Nusa Tenggara Barat Rabu menyebutkan, kawasan BLSK merupakan habitat kunci bagi spesies laut bermigrasi.

"Laut Sawu dan Selat Ombai adalah habitat penting yang digunakan secara intensif oleh spesies bermigrasi," ujarnya.

Iqbal menjelaskan, spesies migrasi mencakup spesies yang terancam punah, termasuk elasmobranch, mamalia laut, dan penyu.

Baca juga: Kepulauan Sunda Kecil mengalami suhu udara dingin saat malam hingga pagi

Menurutnya, Bentang Laut Sunda Kecil adalah kawasan unik yang meliputi Indonesia dan Timor Leste. Pengelolaan bersama secara terintegrasi sangat diperlukan baik dari sisi perencanaan dan implementasi di lapangan.

"Banyak spesies migrasi di Bentang Laut Sunda Kecil yang masih kekurangan data pergerakan, yang membatasi pemahaman tentang habitat penting, koridor migrasi, dan pola musiman," kata Iqbal.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa modernisasi perikanan tradisional meningkatkan tekanan terhadap spesies bermigrasi dan alat tangkap dengan selektivitas rendah meningkatkan risiko tangkapan sampingan.

Sejak Juni 2024, berbagai kegiatan untuk mendukung proyek SOMACORE telah dilakukan dalam kemitraan erat dengan para pemangku kepentingan utama di tingkat lokal, nasional, dan regional di Indonesia dan Timor Leste untuk menyelaraskan prioritas dan target pemerintah dengan Rencana Aksi Regional 2.0 (RPOA 2.0).

Baca juga: Tiga provinsi bahas pembangunan kawasan Sunda Kecil secara berkelanjutan

Rencana aksi itu berfokus terhadap penguatan kerja sama regional, peningkatan pengelolaan kawasan konservasi perairan, mengatasi dampak perubahan iklim, mempromosikan perikanan berkelanjutan, mendukung mata pencaharian masyarakat pesisir, dan membangun basis data spesies yang terancam punah.

Transboundary Oceans Senior Advisor Konservasi Indonesia Ketut Sarjana Putra mengungkapkan pentingnya memperkuat kolaborasi lintas batas dengan memetakan penelitian terkait spesies migrasi yang sudah ada.

Selain itu perlu juga mengidentifikasi kesenjangan dalam penelitian dan mengembangkan rekomendasi untuk pengelolaan spesies bermigrasi yang efektif dan strategis dalam pengembangan ekonomi biru di Bentang Laut Sunda Kecil.

Indonesia dan Timor Leste tergabung dalam CTI-CFF (Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security) berupa kemitraan multilateral enam negara meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste.

Mereka bekerja sama untuk mempertahankan sumber daya laut dan pesisir yang luar biasa, melalui penanganan isu-isu krusial, seperti ketahanan pangan, perubahan iklim, dan keanekaragaman hayati laut.

Deputy Executive Director of Program Services CTI-CFF Regional Secretariat Christovel Rotinsulu mengatakan, Bentang Laut Sunda Kecil merupakan prioritas konservasi yang sangat penting karena keanekaragaman terumbu karang yang luar biasa, habitat unit terumbu karang, dan peran penting konektivitas ekologi sumber daya perikanan.

"Wilayah itu mendukung berbagai fase kehidupan spesies laut, termasuk migrasi, pemijahan, mencari makan, dan area asuhan,” pungkas Christovel.


Pewarta :
Editor: Abdul Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.