Beijing (ANTARA) - Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan pembicaraan melalui telepon pada Kamis (5/6) untuk memperbaiki hubungan kedua negara.
"Presiden Xi Jinping menyampaikan bahwa untuk memperbaiki arah hubungan China-AS, kita perlu mengendalikan dan menetapkan arah, terutama untuk menghilangkan segala jenis gangguan dan ini sangat penting," demikian disebutkan dalam laman Kementerian Luar Negeri China yang diakses ANTARA di Beijing pada Kamis (5/6).
Presiden Xi menyebut baik China maupun AS harus memanfaatkan mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan yang telah dibentuk, menjunjung tinggi kesetaraan, menghormati kepentingan masing-masing, dan mengupayakan hasil yang saling menguntungkan terutama kesepakatan terkait tarif yang diputuskan di Jenewa, Swis pada 11 Mei 2025.
"Para pemimpin ekonomi dan perdagangan kedua negara sudah mengadakan pembicaraan di Jenewa, mengambil langkah penting untuk menyelesaikan masalah ekonomi dan perdagangan melalui dialog dan konsultasi. Hal ini disambut baik oleh semua pihak dari China dan AS serta masyarakat internasional, dan juga membuktikan bahwa dialog dan kerja sama adalah satu-satunya pilihan yang tepat," jelas Persiden Xi.
China, ungkap Presiden Xi, tulus tapi juga menjaga prinsip.
"Rakyat China selalu menepati janji dan menindaklanjuti perbuatan, jika telah mencapai kesepahaman, maka kedua pihak harus mematuhinya," ungkap Presiden Xi.
Setelah perundingan Jenewa, China secara serius melaksanakan perjanjian tersebut.
"AS seharusnya secara objektif melihat kemajuan yang telah dicapai, dan mencabut tindakan negatif yang diberlakukan terhadap China. Kedua negara seharusnya meningkatkan pertukaran di bidang diplomasi, ekonomi-perdagangan, militer, penegakan hukum, memperdalam kesepahaman, mengurangi kesalahpahaman serta memperkuat kerja sama," tegas Presiden Xi.
Selain itu terkait Taiwan, Presiden Xi menekankan agar AS harus menangani masalah Taiwan dengan hati-hati untuk mencegah sejumlah kecil separatis "kemerdekaan Taiwan" menyeret China dan AS ke dalam situasi konflik dan konfrontasi yang berbahaya.
Sedangkan Trump disebut menyatakan menghormati Presiden Xi Jinping dan mengatakan bahwa hubungan AS-China sangat penting.
"AS senang melihat bahwa ekonomi China terus tumbuh dengan kuat. Kerja sama AS-China dapat menghasilkan banyak hal baik," ungkap Presiden Trump dalam keterangan tertulis tersebut.
AS, kata Trump akan terus menjalankan kebijakan "Satu China" selain itu perundingan ekonomi dan perdagangan kedua negara di Jenewa sangat berhasil dan konsensus sudah disepakati.
"AS bersedia bekerja sama dengan China untuk melaksanakan konsensus tersebut. AS menyambut baik mahasiswa China untuk belajar di AS," kata Trump.
Selain itu dalam pembicaraan, Presiden Xi Jinping juga mengundang Presiden Trump untuk berkunjung ke China.
Baca juga: Pemerintah China tuding AS ganggu konsensus Jenewa
"Presiden Xi menyambut Presiden Trump untuk kembali mengunjungi China dan Presiden Trump menyampaikan terima kasih yang tulus," demikian disebutkan dalam pernyataan tersebut.
"Kedua kepala negara sepakat bahwa tim dari kedua pihak akan terus menjalankan konsensus Jenewa dengan baik, dan segera mengadakan putaran pembicaraan baru," menurut pernyataan itu.
Sedangkan Presiden Trump dalam dalam media sosialnya "Truth Social" mengatakan ia dan Presiden Xi membahas beberapa seluk-beluk perjanjian perdagangan yang baru saja mereka buat dan sepakati.
"Panggilan telepon tersebut berlangsung sekitar 1,5 jam, dan menghasilkan kesimpulan yang sangat positif bagi kedua negara," kata Trump.
Trump pun menyebut pasca telepon tersebut seharusnya tidak ada lagi pertanyaan mengenai masalah mineral tanah jarang.
"Tim kami masing-masing akan segera bertemu di lokasi yang akan ditentukan," ungkap Trump.
AS akan diwakili oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Amerika Serikat Jamieson Greer.
"Selama percakapan tersebut, Presiden Xi dengan ramah mengundang Ibu Negara dan saya untuk mengunjungi China, dan saya pun membalasnya. Sebagai Presiden dari dua negara besar, ini adalah sesuatu yang kami berdua nantikan untuk dilakukan," tambah Trump.
Baca juga: Pemerintah China minta agar AS tetap lindungi hak mahasiswa internasional
Percakapan tersebut, ungkap Trump, hampir seluruhnya difokuskan pada "PERDAGANGAN".
"Tidak ada yang dibahas mengenai Rusia/Ukraina, atau Iran. Kami akan memberi tahu media mengenai jadwal dan lokasi pertemuan yang akan segera diadakan," tutup Trump.
Panggilan telepon itu dilakukan setelah Washington dan Beijing saling menuduh telah melanggar kesepakatan yang dicapai beberapa pekan lalu di Jenewa. Telepon tersebut juga menjadi panggilan telepon pertama mereka sejak kedua negara mulai mengenakan bea baru pada barang satu sama lain pada Februari 2025.
Pekan lalu AS juga mengumumkan mereka akan "secara agresif" mencabut visa bagi mahasiswa China, sebuah langkah yang siap berdampak pada salah satu demografi mahasiswa internasional terbesar di negara tersebut.